Per 19 Maret 2020, Ahmad Yurianto, Juru Bicara Pemerintah untuk Corona, menyatakan jumlah pasien positif meningkat tajam jadi 309 kasus.
Untuk menekan penyeberan COVID-19, anjuran untuk melakukan penjarangan sosial (social distancing) pun digaungkan. Para pekerja dianjurkan untuk bekerja dari rumah. Anak sekolah pun diminta untuk menuntut ilmu dari rumah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Anjuran penjarangan sosial ini tentu saja menuai pro dan kontra di masyarakat. Sebagian, terutama yang bisa bekerja dari rumah, setuju. Sementara itu sebagian lain yang tak bisa kerja kalau tidak bertatap muka dengan orang lain menolaknya mentah-mentah. Tapi, terlepas dari segala pro dan kontra, kita mesti sama-sama menyadari bahwa anjuran ini diberikan demi kebaikan kita semua. Lagipula, kita semua pasti tak mau Indonesia seperti Italia, di mana jumlah kasus positif sudah melebihi 41.000.
Imbasnya, berbagai atraksi wisata ditutup, termasuk gunung, taman bermainnya para pendaki. Setelah pengelola Gunung Andong mengumumkan penutupan jalur pendakian mulai tanggal 15 Maret 2020, gunung-gunung lain—Merbabu, Sindoro, Lawu, dll.—menyusul.
Sebagian dari kita mungkin sedih karena terpaksa menunda pendakian. Tapi, ini demi sesuatu yang lebih penting. Bersabar saja dulu—isi sementara waktu dengan berbagi kisah penjelajahan dengan orang-orang di rumah. Lagipula, bukankah setiap pendaki adalah insan yang bijaksana?
Omong-omong, ada satu kata kunci penting yang sering digaungan saat pandemi ini melanda: kebersihan (hygiene). Lebih spesifik lagi, kebersihan tangan (hand hygiene). (Merujuk WHO, hygiene adalah kondisi dan praktik yang membantu pengutamaan kesehatan dan menghindari perebakan penyakit.) Untuk mempromosikan kebersihan tangan, media pun sudah banyak yang mengulas soal bagaimana mencuci tangan yang baik dan benar.
Sebagai pendaki, meskipun akan agak susah, sebenarnya ada baiknya juga kita menerapkan budaya menjaga kebersihan pendakian. Kamu tahu sendiri bahwa air susah dan sekarang sudah dilarang bawa tisu basah. Tapi, bukan berarti tidak bisa.
Untuk mendukung kita semua, para pendaki, mempraktikkan kebersihan pendakian, saya akan ulas panjang lebar soal bagaimana caranya. Demi mempermudah, saya akan bagi ulasannya menjadi tiga fase, yakni sebelum pendakian, saat pendakian, dan sesudah pendakian.
Sebelum pendakian
Salah satu cara menjaga kebersihan sebelum pendakian adalah menggunting kuku. Sebelum naik, pastikan kuku-kuku jari tangan dan kakimu tidak terlalu panjang. Kuku jari tangan yang panjang tentunya bisa jadi tempat bersarangnya kotoran. Sementara, kuku kaki yang terawat akan menghindarkanmu dari cantengan.
Kedua, persiapkan outfit yang pas untuk berangkat dari rumah menuju base camp pendakian. Jika gunung yang ingin kamu tuju butuh waktu berhari-hari untuk dicapai dari rumah, gunakan outfit yang santuy. Pilih pakaian berbahan dri-fit—atau kaos saja—disertai jaket tipis untuk menangkal dingin di bus maupun kereta. Gunakan sandal demi meminimalisir bau kaki yang datang terlalu dini. Tak perlu gunakan outfit yang ribet hanya untuk menegaskan bahwa kamu seorang pendaki.
Terakhir, sesampai di base camp usahakan mandi. Perjalanan seharian kemarin tentunya membuat bau badanmu tak bisa lagi dilukiskan. Mandi sebelum mendaki juga akan bagus untuk mood kamu.
Saat pendakian
Urusan Simaksi selesai, Buff sudah melingkar rapi di kepala, ujung rambutmu yang panjang sudah ditiup-tiup angin dan menguarkan aroma sampo. Lalu kamu mulai mendaki. Satu langkah, dua langkah, kamu masih biasa saja. Puluhan langkah kemudian keringatmu mulai bercucuran.
Dalam keadaan berkeringat seperti itu, tentu akan buruk jadinya bila kamu salah pakaian. Gunakanlah outfit bersifat dri-fit, bisa baselayer atau jersey bola kesayanganmu. Kemeja lapangan juga bisa. Namun, sebaiknya gunakan kemeja lapangan yang punya rongga udara di bagian punggung dan bawah ketiak supaya respirasi kulit tetap berjalan sebagaimana mestinya saat mendaki. Sediakan pula handuk kecil untuk menyeka keringat di muka.
Setiba di tempat berkemah, relaks dulu sambil observasi kaveling mana yang paling cocok untuk mendirikan tendamu. Dirikan tenda dengan santai, jangan terburu-buru. Biarkan angin gunung mengeringkan keringatmu. Begitu tenda tegak, langsunglah ganti baju. Jangan lupa bersihkan diri mulai dari muka, badan, sampai rambut. Muka dan badan bisa kamu bersihkan dengan haduk basah (handuk yang beda dari yang kamu gunakan untuk menyeka keringat tadi), sementara rambut bisa kamu beri kondisioner—misalnya Aloe vera. Setelah digunakan, jemurlah handuk-handuk itu sampai kering.
Ketika di tenda, lapisilah tubuhmu dengan pakaian-pakaian yang lebih hangat, misalnya jaket berbahan down (bulu angsa). Dengan outfit yang canggih itu, kamu bisa memasak dan makan dalam kehangatan—jangan lupa cuci tangan sebelum masak-masak dan makan. Usai makan, bersihkan gigi dan mulut dengan cara makan buah-buahan lalu kumur-kumur. Setelah itu kamu bisa tidur dengan nyaman.
Lalu jam 2 pagi alarm berbunyi. Waktunya ke puncak. Tapi, ketika sedang siap-siap, kamu sadar bahwa ada satu hal yang sepertinya keliru: bau mulutmu. Tak usah khawatir soal itu. Saya punya rekomendasi beberapa makanan dan minuman yang bisa menangkal bau mulut: (1) buah-buahan (jeruk, stroberi, anggur, apel, pir, dll.), (2)kopi, dan (3) permen mint.
Setelah pendakian
Ceritanya kamu sudah di base camp lagi setelah perjalanan panjang dari puncak. Tapi kamu jangan langsung mandi. Relaks dulu. Bakalan fatal akibatnya kalau kamu langsung mengguyur badanmu dengan air dingin setelah sekian lama terpapar matahari. Kulitmu perlu beradaptasi terlebih dahulu. Caranya, basuh dengan air hangat. Setelah wajahmu terasa nyaman, kamu bisa mulai mandi.
Memang perlu perjuangan untuk menerapkan kebersihan pendakian ini. Tapi, jika berhasil menerapkannya, kebersihan pendakian bakal berpengaruh banget sama kelancaran pendakianmu; ini bakal melindungimu dari makhluk-makhluk mikroskopik seperti bakteri dan virus. Semoga kamu bisa menerapkan kebersihan pendakian di pendakian selanjutnya—setelah pandemi corona berakhir tentunya.