ERA.id – Teori Persia adalah salah satu teori populer yang menjelaskan tentang asal mula dan proses masuknya agama Islam ke Indonesia. Bagi Anda yang masih asing dan awam, mari mengenal Teori Persia lebih dalam!
Berbeda dengan teori Gujarat yang menunjuk India sebagai sumber penyebaran Islam, teori Persia meyakini bahwa Bangsa Persia (yang kini menjadi wilayah Iran) yang berperan penting dalam membawa agama Islam ke Nusantara.
Mengenal Teori Persia
Berdasarkan penelitian yang berjudul “Theories of The Entry of Islam in Indonesia” teori Persia menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan dibawa oleh para pedagang dari Persia (Iran).
Teori ini didukung oleh Umar Amir Husen dan P. A. Hussein Jayadiningrat, yang didasarkan pada kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
-
Kesamaan Budaya dengan Iran
Adanya persamaan budaya di Indonesia dengan Persia (Iran) berkaitan dengan peringatan 10 Muharram atau Asyura untuk mengenang (berkabung) atas syahidnya Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad.
Kemudian di Sumatera Barat peringatan tersebut dilakukan dengan upacara Tabuik/Perahu. Sedangkan di Pulau Jawa, khususnya Cirebon, peringatannya ditandai dengan pembuatan bubur Syura.
-
Ajaran Sufi
Kesamaan ajaran Sufi yang dianut oleh Syekh Siti Jenar dengan ajaran Sufi dari Iran, yaitu Al Hallaj. Meskipun Al-Hallaj wafat pada tahun 310 H/922 M, ajarannya terus berkembang dalam bentuk puisi.
Dengan demikian, sangat memungkinkan jika Syekh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 untuk mempelajari ajaran Al-Hallaj.
-
Penggunaan Bahasa Iran
Menariknya, ditemukan penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem penulisan huruf Arab untuk tanda bunyi harakat.
-
Makam dan Desa
Terakhir adalah ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim bertanggal 1419 di Gresik, dan adanya desa Leren/Leran di Giri daerah Gresik yang memiliki kesamaan dengan nama desa di Persia.
Memahami Hubungan Ekonomi Nusantara di Masa Lalu
Dilansir dari laman TRT World, Indonesia dan Melayu menikmati hubungan perdagangan dengan bangsa Arab dan Persia bahkan sebelum munculnya Islam. Jawaban mengapa Islam memperoleh pijakan di Asia Tenggara dapat ditemukan dengan mengetahui sejarah ekonomi wilayah tersebut.
Dikelilingi oleh air, Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau tidak memiliki lahan terbaik untuk pertanian, dan penduduknya lebih mengandalkan perdagangan laut di masa lalu.
Para penduduk nusantara masa lampau merasa terancam oleh keberhasilan kerajaan Hindu di Burma, Kamboja, dan Thailand yang berkembang pesat berkat dataran sungai yang luas dan cocok untuk bercocok tanam padi.
“Masyarakat di Indonesia tidak lagi ingin membayar upeti kepada penguasa Hindu dan Buddha dari daratan. Maka mereka mencari sekutu politik di Timur Tengah dan Afrika,” kata Dr. Kersten.
Selain itu, menurut para ahli adanya struktur pemerintahan yang hierarkis juga telah membantu mempercepat konversi agama dan keyakinan penduduk setempat tanpa terlalu banyak pertikaian.
“Berbeda dengan Mughal di sebagian besar India yang menunjuk nizam, amir, dan maharaja untuk melakukan pemerintahan, seorang raja di Asia Tenggara adalah pusat kekuasaan dan memiliki pengaruh yang signifikan,” kata Nawab Osman, peneliti Asia Tenggara berbasis di Singapura.
Selain mengambil peran sebagai pemimpin agama dengan membangun masjid di dekat istana mereka, para penguasa Muslim di masa lalu juga mulai melirik Kekaisaran Utsmaniyah untuk bersekutu, kata Osman.
Kemudian setelah melakukan penaklukan Konstantinopel pada pertengahan abad ke-15, umat Islam mengendalikan jalur maritim internasional. Selain itu, banyak raja-raja Indonesia melihatnya sebagai tanda prestise dan peluang untuk menjadi bagian dari jaringan tersebut jika mereka memeluk Islam.
Selain mengenal teori persia, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…