- Tapir Sumatera merupakan satwa ikonik karena memiliki paduan pola warna hitam putih pada tubuhnya. Sedikitnya ada 45 binatang yang memiliki pola warna semacan ini.
- Sepintas tapir Sumatera mirip panda, dengan kombinasi warna hitam putihnya yang ikonik. Keduanya memang sama-sama memiliki warna putih pada perut dan punggungnya, dengan keempat kakinya berwarna hitam.
- Tapir Sumatera sering juga disebut tapir Malaya atau tapir Asia dengan persebaran di sejumlah negara Asia Tenggara yaitu Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Namun di Indonesia, Sumatera menjadi satu-satunya tempat di mana tapir masih hidup di alam liar.
- Tapir merupakan spesies yang terancam punah. Populasinya di Indonesia diperkirakan kurang dari 400 hingga 500 menurut IUCN (2016).
Sepintas tapir Sumatera mirip panda, dengan kombinasi warna hitam putihnya yang ikonik. Keduanya memang sama-sama memiliki warna putih pada perut dan punggungnya, dengan keempat kakinya berwarna hitam.
Namun jika dilihat seksama, akan terlihat perbedaannya. Kepala tapir Sumatera seluruhnya hitam. Sementara panda berwarna putih dengan menyisakan bulatan hitam pada kedua mata dan telinganya. Pada tapir Sumatera, di ujung telinganya menyisakan sedikit warna putih.
Warna hitam putih yang dimiliki tapir Sumatera membuatnya masuk dalam daftar binatang spesial, yang memiliki paduan pola warna hitam putih pada tubuhnya. Sedikitnya ada 45 binatang yang memiliki pola warna semacan ini. Selain panda, mereka antara lain zebra, orca, sapi holstein, penguin, harimau putih, burung albatros, juga monyet colobus.
Keistimewaan lainnya, tapir Sumatera menjadi satu-satunya spesies tapir di dunia yang memiliki corak warna hitam putih. Dalam keluarga tapir tercatat ada lima spesies. Mereka adalah tapir Brazil (Tapirus terrestris), tapir gunung atau tapir berbulu (Tapirus pinchaque), tapir hitam kecil (Tapirus kabomani), tapir Baird (Tapirus bairdii), dan tapir Asia (Tapirus indicus).
Tapir Sumatera ini sering disebut tapir Malaya atau tapir Asia. Spesies ini tersebar di sejumlah negara Asia Tenggara yaitu Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Dulu tapir juga ditemukan di Kamboja dan Vietnam. Namun kini di kedua negara itu sudah dinyatakan punah.
Sayangnya di Indonesia, Sumatera menjadi satu-satunya tempat di mana tapir masih hidup di alam liar. Di luar itu, tapir berada di lembaga konservasi seperti kebun binatang atau taman safari. Populasinya di Indonesia diperkirakan kurang dari 400 hingga 500 menurut IUCN (2016).
Sebenarnya tapir diketahui pernah juga menghuni pulau Jawa. Hal itu diketahui dari fosil gigi yang dikumpulkan Eug Dubois pada 1890 hingga 1900 yang diambil dari pegunungan Kendeng, Kedung Brubus, Kedung Lumbu, dan Kedung Duren.
Baca : Tapir Terperosok di Kolam PLTMH Lagi, Ini Rekomendasi BKSDA Sumbar
Meski warna hitam dan putihnya membuat dia terlihat mencolok di daerah terbuka, namun tidak di habitatnya di hutan lebat dan berawa. Dalam gelap terang hutan tropis yang berkanopi rapat, kehadirannya sulit ditandai.
“Beberapa penjelajah hutan menggambarkan pertemuan mereka dengan tapir sebagai pengamatan terhadap batu abu-abu terang di lantai hutan yang tiba-tiba menjadi hidup dan lari,” tulis Erik Meijaard, peneliti dari Universitas Queensland, Australia, dalam sebuah bab di buku berjudul Die Tapir (2006).
Tapir aktif pada malam hari, dan pada siang hari dia akan tidur. Mereka mengandalkan indera penciuman dan pendengaran dibanding penglihatan. Paparan cahaya akan membuat korneanya berkabut. Itu sebabnya dia menghindari aktivitas pada siang hari.
Ingat semangka, ingat anak tapir. Kalimat ini rasanya pas karena memang anak tapir memiliki corak totol dan garis seperti buah semangka dari kepala sampai ekor. Jadi, tapir kecil belum berwarna hitam putih seperti tapir dewasa. Warna putih di perut dan punggung tapir baru terlihat jelas ketika tapir menginjak usia lima hingga enam bulan.
Pada tapir Sumatera, latar belakang totol dan garisnya berwarna cokelat, terutama pada bagian perut dan punggung. Baru pada bulan ketiga corak itu mulai hilang. Ini adalah cara sempurna untuk kamuflase bagi anak tapir yang berada di sekeliling semak dan daun kering di lantai hutan.
Keunikan lainnya dari tapir adalah hidungnya yang panjang yang membuat tapir tampak lucu. Hidungnya itu juga digunakan untuk menarik batang atau daun. Selain itu, hidungnya juga berguna saat tapir berenang di sungai atau rawa sebagai snorkel. Bersembunyi di kedalaman air adalah jalan ninja bagi tapir untuk menyelamatkan diri dari hewan pemangsa.
Baca juga : Kagetnya Warga Labuhan Batu Selatan, Lihat Tapir Masuk Permukiman
Tapir menghabiskan sebagian besar waktunya untuk makan. Wilayah jelajahnya luas dan akan kembali ke lokasi yang sama setelah 90 hingga 100 hari. Mereka makan daun muda, buah-buahan, ranting yang masih lunak, juga rumput. Sebuah literatur menyebut tapir setidaknya makan 380 spesies tumbuhan.
Sebenarnya tapir binatang pemalu dan cenderung menghindari manusia. Namun luas hutan yang menyempit serta permukiman penduduk yang semakin dekat ke kawasan hutan membuat tapir kadang mencari makan di kawasan yang dihuni manusia.
Penelitian yang dilakukan Wanda Kuswanda dan kawan-kawan di Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera, menyebutkan tapir memasuki area manusia untuk mencari rayap, semut, dan tanah asin. Masyarakat setempat mengatakan makanan favorit tapir adalah labu kuning, kacang pahit, asam sungai, dan nangka. Suku Mandailing yang tinggal di sekitar kawasan taman nasional memanggil tapir sebagai sipan.
Peneliti BRIN itu menyarankan, meningkatkan tanaman yang disukai tapir di jalur tapir bisa mengurangi potensi interaksi negatif antara tapir dan manusia. Selain tentu saja konflik bisa ditekan dengan cara mencegah pembalakan liar, perambahan lahan, dan mengembangkan model pengelolaan hidup berdampingan antara manusia dan tapir. (***)