Dalam dunia akuntansi, going concern adalah bentuk asumsi fundamental yang mendasari penyusunan laporan keuangan. Asumsi ini menyatakan bahwa entitas bisnis akan terus beroperasi di masa depan.
Minimal selama satu tahun setelah tanggal laporan keuangan diterbitkan, dan tidak berniat untuk dilikuidasi atau menghentikan operasinya.
Konsep ini memiliki peran dalam berbagai aspek akuntansi, seperti pengukuran aset dan liabilitas, penyajian informasi keuangan, dan pengambilan keputusan oleh para pemangku kepentingan. Mari kita pelajari selengkapnya pada artikel dibawah ini!
Apa itu Going Concern?
Menurut Belkaoui (2006) dalam bukunya Teori Akuntansi (Edisi Terjemahan) Edisi 1, menjelaskan going concern adalah asumsi/ dalil yang menyatakan jika suatu entitas akan menjalankan terus operasionalnya dalam jangka waktu lama untuk mewujudkan proyek, tanggung jawab dan aktivitas lainnya tanpa henti.
Going concern dalam akuntansi digunakan sebagai asumsi pernyataan dalam pelaporan keuangan, sepanjang tidak adanya bukti informasi yang menunjukan informasi yang berlawanan. (PSAK 30)
Bisa disimpulkan jika going concern adalah konsep dalam akuntansi yang menyatakan bahwa suatu entitas bisnis dianggap akan terus beroperasi dalam jangka waktu yang dapat diprediksi, biasanya setidaknya dalam satu tahun ke depan.
Dengan asumsi going concern, entitas diharapkan untuk dapat memenuhi kewajiban finansialnya, menggunakan asetnya secara efektif, dan mencapai tujuan-tujuan bisnisnya.
Fungsi Penting Going Concern dalam Akuntansi
Going concern dalam akuntansi memiliki beberapa fungsi penting, yaitu:
1. Sebagai Dasar Pengukuran Aset dan Liabilitas
Going concern memberikan landasan bagi penilaian aset dan liabilitas dengan mempertimbangkan kelangsungan operasional perusahaan.
Misalnya, aset seperti mesin harus dinilai dengan asumsi bahwa perusahaan akan terus beroperasi dalam jangka waktu yang dapat diprediksi.
2. Menjadi Dasar Penyajian Keuangan yang Relevan
Informasi mengenai going concern penting untuk dimasukkan dalam catatan keuangan. Dimana going concern merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan.
DImana sebuah perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan untuk melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.
Hal ini akan membantu para pemangku kepentingan memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha perusahaan.
3. Menjadi Dukungan dalam Pengambilan Keputusan
Memahami going concern mendukung pengambilan keputusan yang tepat oleh investor, kreditor, dan pihak berkepentingan lainnya.
Informasi ini digunakan untuk mengevaluasi risiko dan prospek bisnis perusahaan sebelum membuat keputusan investasi atau pemberian pinjaman.
4. Meningkatkan Transparansi Informasi Keuangan
Pengungkapan informasi going concern dalam laporan keuangan meningkatkan transparansi informasi keuangan.
Hal ini memungkinkan para pemangku kepentingan untuk membuat keputusan yang lebih terinformasi berdasarkan informasi yang lengkap dan akurat.
Ciri Asumsi Going Concern
Going concern dalam akuntansi berfokus pada kesehatan finansial dan prospek perusahaan secara keseluruhan, dalam hal ini memiliki beberapa ciri-ciri dasar, yakni:
- Kemungkinan kecil untuk likuidasi, sebab jika perusahaan diasumsikan going concern maka peluang rendah untuk dibubarkan atau dijual asetnya.
- Manajemen cenderung memiliki pengelolaan utang yang efisien.
- Kemampuan menghasilkan pendapatan masa depan.
- Ekspektasi beroperasi minimal satu tahun fiskal.
- Ketersediaan sumber daya yang cukup
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Going Concern
Mengutip dalam Jurnal Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pemberian Opini Audit Going Concern (2013) karya Wida Arindya Sari, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pembelian opini audit going concern, yakni:
1. Likuiditas
Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya menjadi pertimbangan penting bagi auditor dalam memberikan opininya.
Jika likuiditas rendah, risiko kelangsungan usaha perusahaan meningkat, yang dapat mempengaruhi keputusan auditor.
Baca Juga: Likuiditas Adalah: Pengertian, Jenis dan Cara Menghitungnya
2. Rasio Aktivitas
Efektivitas perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba dari aktivitas penjualan menjadi pertimbangan penting dalam opini audit.
3. Kondisi Keuangan
Auditor melihat kondisi keuangan perusahaan, dimana kondisi keuangan yang tidak sehat dapat meningkatkan kemungkinan menerima opini audit.
Kondisi keuangan ini dipantau berdasarkan laporan keuangan perusahaan itu sendiri, oleh sebab itu kredibilitas dan kebenaran data pada laporan sangat mempengaruhi seorang auditor dalam memberikan opini.
Untuk meningkatkan kredibilitas dan akurasi laporan keuangan Anda, Anda bisa menggunakan aplikasi pembukuan keuangan Beecloud.
Dengan Beecloud setiap data pemasukan dan pengeluaran bisnis Anda dapat dibukukan lebih rapi dan dilaporkan secara otomatis, mulai dari laba rugi, arus kas, neraca dan laporan akuntansi lainnya. Klik banner di bawah ini untuk informasi selengkapnya!
4. Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya dapat mempengaruhi keputusan auditor dalam memberikan opini audit going concern pada tahun berjalan, terutama jika terdapat peningkatan performa perusahaan atau perubahan kondisi keuangan secara signifikan.
5. Profitabilitas
Meskipun profitabilitas tidak berpengaruh secara langsung, auditor mempertimbangkan kondisi keuangan secara menyeluruh, termasuk ekuitas dan investasi, bukan hanya tingkat profitabilitas perusahaan.
Prinsip Going Concern dalam Akuntansi
Mengutip dari laman ppmschool.ac.id, prinsip going concern dalam akuntansi berfokus pada bagaimana cara perusahaan agar bisa berjalan dan terus berkesinambungan. Oleh karena itu, perusahaan perlu menerapkan berbagai cara terbaik untuk mewujudkannya.
Seperti menilai faktor-faktor yang mempengaruhi, mengungkapkan informasi dalam laporan keuangan, hingga mempertimbangkan going concern dalam audit laporan keuangan.
Baca Juga: 9 Prosedur Audit Keuangan Perusahaan Wajib Dilakukan
Contoh Going Concern dalam Akuntansi
Berikut beberapa contoh going concern pada beberapa situasi bisnis:
# Penilaian Aset Jangka Panjang
Contoh kasusnya, pada PT. XYZ memiliki mesin produksi dengan nilai residual yang tinggi. Mesin tersebut digunakan untuk memproduksi produk utama perusahaan yang memiliki permintaan pasar yang stabil.
Dalam menilai aset mesin tersebut, PT. XYZ dapat menerapkan prinsip going concern dengan mempertimbangkan nilai manfaat ekonominya di masa depan.
Nilai sisa mesin dihitung berdasarkan asumsi bahwa mesin tersebut akan terus digunakan selama beberapa tahun ke depan untuk menghasilkan produk yang menguntungkan.
Jika prinsip going concern tidak diterapkan, PT. XYZ mungkin perlu mencatat nilai sisa mesin yang lebih rendah, yang akan berdampak pada nilai aktiva tetap dan laba bersih perusahaan.
Hal ini dapat memberikan gambaran yang tidak akurat tentang kesehatan keuangan perusahaan.
# Pengungkapan Informasi dalam Catatan Keuangan:
Contoh kasus pada PT. DEF mengalami kerugian selama beberapa tahun terakhir dan memiliki rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi. Namun, perusahaan baru saja meluncurkan produk baru yang memiliki potensi pasar yang besar dan telah menerima pendanaan tambahan dari investor.
Dalam laporan keuangannya, PT. DEF harus mengungkapkan informasi tentang kerugian dan rasio utang yang tinggi, namun juga perlu menjelaskan rencana dan prospeknya untuk masa depan, termasuk potensi dari produk baru dan pendanaan tambahan.
Pengungkapan informasi yang relevan ini memungkinkan para pemangku kepentingan untuk memahami situasi keuangan PT. DEF secara menyeluruh, termasuk risiko dan peluang yang terkait dengan kelangsungan usahanya.
Nah, itu dia beberapa informasi mengenai going concern dalam akuntansi lengkap dengan contoh kasusnya. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada artikel selanjutnya.