- Selama ini, kesadaran diri dianggap sebagai ciri khas manusia. Namun, sejumlah penelitian terbaru mulai menunjukkan bahwa kesadaran mungkin dimiliki oleh satwa liar.
- Selama ini, penelitian kesadaran banyak berfokus pada hewan vertebrata seperti burung dan mamalia. Namun, kini para ilmuwan mulai melirik hewan lain seperti gurita, lebah, dan lalat buah.
- Kesadaran yang dimaksud dalam penelitian ini berfokus pada konsep “sentience” atau perasaan, yaitu kemampuan untuk memiliki pengalaman subjektif. Artinya, seekor hewan bisa merasakan dunia sekitarnya melalui penciuman, pengecapan, pendengaran, dan perabaan. Selain itu, mereka juga bisa merasakan emosi seperti takut, senang, dan sakit.
- Untuk menemukan bukti terkait kesadaran satwa, para ilmuwan tentu tak bisa bertanya langsung. Oleh karena itu, mereka mencari bukti tidak langsung melalui perilaku, yaitu melalui tes cermin.
Selama ini, kesadaran diri dianggap sebagai ciri khas manusia. Namun, sejumlah penelitian terbaru mulai menunjukkan bahwa kesadaran mungkin dimiliki oleh satwa liar yang jauh berbeda dari kita, seperti reptil, moluska, bahkan serangga.
“Hal ini menunjukkan adanya cukup bukti di luar sana, pengalaman sadar spesies, yang bahkan sangat berbeda dari manusia,” kata Anil Seth, Direktur Centre for Consciousness Science at the University of Sussex near Brighton, UK, salah satu penandatangan dokumen The New York Declaration on Animal Consciousness yang diterbitkan pada Jumat [19/4/2024], dikutip dari nature.com.
Deklarasi yang ditandatangani secara indipenden oleh puluhan professor dan ilmuwan terkemuka itu menyatakan bahwa, ada “kemungkinan realistis dari pengalaman sadar” pada reptil, ikan, serangga, dan hewan lain yang tidak selalu dianggap memiliki kehidupan batin dan “dukungan ilmiah yang kuat.”
“Seiring banyaknya bukti yang terkumpul, para ilmuwan menanggapi topik ini dengan serius, bukan mengabaikan dan menganggapnya sebagai ide gila, seperti yang mungkin mereka lakukan di masa lalu,” kata Jonathan Birch, filsuf di London School of Economics and Political Science, penulis deklarasi, masih dikutip dari nature.
Selama ini, penelitian kesadaran banyak berfokus pada hewan vertebrata seperti burung dan mamalia. Namun, kini para ilmuwan mulai melirik hewan lain seperti gurita, lebah, dan lalat buah.
“Jika ada “kemungkinan realistis” dari “pengalaman sadar pada seekor hewan, maka tidak bertanggung jawab mengabaikan kemungkinan tersebut dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi hewan tersebut”, tulis para peneliti dalam dokumen The New York Declaration on Animal Consciousness.
Kesadaran yang dimaksud dalam penelitian ini berfokus pada konsep “sentience” atau perasaan, yaitu kemampuan untuk memiliki pengalaman subjektif. Artinya, seekor hewan bisa merasakan dunia sekitarnya melalui penciuman, pengecapan, pendengaran, dan perabaan. Selain itu, mereka juga bisa merasakan emosi seperti takut, senang, dan sakit.
“Pada intinya, bagaimana rasanya menjadi hewan tersebut. Namun pengalaman subjektif tidak memerlukan kemampuan memikirkan pengalaman seseorang,” dikutip dari nature.
Bukti kesadaran
Untuk menemukan bukti terkait kesadaran satwa, para ilmuwan tentu tak bisa bertanya langsung. Oleh karena itu, mereka mencari bukti tidak langsung melalui perilaku.
Satu tes yang terkenal adalah “tes cermin.” Hewan yang bisa mengenali dirinya sendiri di cermin, seperti simpanse [Pan troglodytes ], gajah Asia [Elephas maximus], dan ikan pembersih [Labroides dimidiatus] dianggap memiliki potensi kesadaran diri [Gallup Jr, 1970; Kohda et al., 2023; Plotnik et al., 2006].
Dalam percobaan ini, para ilmuwan menempelkan stiker atau tanda visual lainnya pada tubuh hewan dan menempatkan hewan tersebut di depan cermin. Sejumlah hewan menunjukkan rasa ingin tahu terhadap tanda tersebut dan bahkan mencoba menghilangkannya.
“Perilaku ini menunjukkan kemungkinan adanya kesadaran diri, yang mungkin merupakan tanda kesadaran,” mash dikutip dari nature.
Penelitian lain yang menarik adalah percobaan pada burung gagak [Nieder et al., 2020], yang dilatih untuk menggerakkan kepala dengan cara tertentu ketika melihat kotak berwarna di layar. Hebatnya, aktivitas otak mereka menunjukkan kesadaran akan apa yang mereka lihat, bukan hanya reaksi terhadap warna.
“Aktivitas otak burung berkorelasi dengan apa yang dilaporkan oleh burung, bukan dengan apa yang sebenarnya diperlihatkan kepada mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mereka menyadari apa yang mereka rasakan, penanda kesadaran potensial lainnya.”
Gurita pun tak mau kalah menunjukkan kecerdasannya [Crook, 2021]. Dalam suatu percobaan, gurita menghindari ruangan yang pernah memberikan mereka stimulus menyakitkan. Sebaliknya, mereka memilih ruangan yang membuat mereka terbius. Ini menunjukkan, gurita mampu merasakan sakit dan berusaha menghindarinya.
Lalat buah [Drosophila melanogaster] pun menunjukkan perilaku yang mengejutkan [Anthoney et al., 2023]. Para peneliti menemukan bahwa lalat buah mengalami “active sleep” yaitu aktivitas otaknya mirip dengan saat mereka terjaga. Beberapa ilmuwan mengaitkan “active sleep” dengan mimpi pada manusia, yang dianggap sebagai pengalaman subjektif.
“Beberapa orang berpendapat bahwa mimpi adalah komponen kunci dari kesadaran. Jika lalat dan invertebrata lainnya tidur aktif, mungkin ini adalah petunjuk yang bagus bahwa mereka mungkin sadar,” kata Bruno van Swinderen, ahli biologi di Universitas Queensland di Brisbane, Australia, yang mempelajari perilaku lalat buah dan yang juga menandatangani deklarasi tersebut.
Kesejahteraan satwa
Ada banyak temuan atau bukti terkait kesadaran hewan, namun peneliti lainnya masih tetap ragu.
“Saya rasa pada dasarnya belum ada bukti yang menentukan sejauh ini,” kata Hakwan Lau, ahli saraf di Riken Center for Brain Science di Wako, Jepang, dikutip dari nature.
Meski demikian, Anil Seth mengatakan bahwa meski tidak ada jawaban pasti, deklarasi tersebut mungkin masih memiliki pengaruh positif dalam membentuk kebijakan terkait etika dan kesejahteraan hewan.
Langka Sani, pendiri Pusat Penyelamatan Satwa [PPS] Alobi Bangka Belitung meyakini, setiap hewan selain manusia memiliki perasaan atau mungkin kesadaran yang mirip manusia.
“Puluhan tahun dekat dengan satwa, entah itu lewat ekspresi, suara, atau tindakan, kami menjadi tahu saat mereka kesakitan, kesepian, atau mungkin rindu untuk dilepasliarkan ke alam bebas. Kesejahteraan mereka harus diutamakan, agar fungsi ekosistem mereka bisa terus berdampak bagi bumi,” katanya, awal Mei 2024.
Di sisi lain, Sinergia Animal, baru saja merilis laporan “Beyond Profits: Global Review of Financial Institutions in Animal Welfare and Food Systems”, yang memberikan analisis komprehensif terhadap 80 lembaga keuangan di 22 negara, termasuk Indonesia.
Hasilnya, 53 persen bank di seluruh dunia tidak memiliki komitmen terhadap perlindungan kesejahteraan hewan atau dalam mempromosikan alternatif pangan berbasis nabati. Tingkat kepatuhan rata-rata di bidang-bidang tersebut hanyalah 10 persen.
“Bank mempunyai kekuatan dan tanggung jawab untuk mewujudkan masa depan kesejahteraan hewan, kesehatan manusia, dan aksi iklim yang terintegrasi dalam praktik ekonomi,” kata Merel van der Mark, Manajer Program Animal Welfare and Finance di Sinergia Animal.
Referensi jurnal:
Anthoney, N., Tainton-Heap, L., Luong, H., Notaras, E., Kewin, A. B., Zhao, Q., Perry, T., Batterham, P., Shaw, P. J., & van Swinderen, B. (2023). Experimentally induced active and quiet sleep engage non-overlapping transcriptional programs in Drosophila. Elife, 12, RP88198.
Crook, R. J. (2021). Behavioral and neurophysiological evidence suggests affective pain experience in octopus. Iscience, 24(3).
Gallup Jr, G. G. (1970). Chimpanzees: self-recognition. Science, 167(3914), 86–87.
Kohda, M., Bshary, R., Kubo, N., Awata, S., Sowersby, W., Kawasaka, K., Kobayashi, T., & Sogawa, S. (2023). Cleaner fish recognize self in a mirror via self-face recognition like humans. Proceedings of the National Academy of Sciences, 120(7), e2208420120.
Nieder, A., Wagener, L., & Rinnert, P. (2020). A neural correlate of sensory consciousness in a corvid bird. Science, 369(6511), 1626–1629.
Plotnik, J. M., De Waal, F. B. M., & Reiss, D. (2006). Self-recognition in an Asian elephant. Proceedings of the National Academy of Sciences, 103(45), 17053–17057.