ERA.id – Sedikitnya 50 orang tewas di Afghanistan akibat banjir menyusul hujan lebat di provinsi utara Baghlan. Korban tewas itu diperkirakan akan terus bertambah.
Juru bicara Kementerian Abdul Mateen Qaniee mengatakan banjir terjadi di lebih dari lima distrik di Baghlan setelah hujan lebat, dan beberapa keluarga terjebak dan membutuhkan bantuan segera.
“Kementerian Dalam Negeri telah mengirimkan tim dan helikopter ke lokasi tersebut, namun karena kurangnya lampu penglihatan malam di helikopter, operasi tersebut mungkin tidak berhasil,” katanya, dikutip Reuters, Sabtu (11/5/2024).
Jumlah korban tersebut dikonfirmasi oleh pejabat setempat Hedayatullah Hamdard, kepala departemen penanggulangan bencana alam provinsi. Hamdard memperkirakan jumlah korban akan terus bertambah sambil terus dilakukan pencarian.
Diperkirakan badai besar akan terjadi pada Jumat malam waktu setempat.
Hamdard menjelaskan, hujan deras musiman menyebabkan banjir dan warga tidak siap menghadapi derasnya air yang tiba-tiba.
“Personel darurat mencari kemungkinan korban di bawah lumpur dan puing-puing, dengan bantuan pasukan keamanan dari tentara nasional dan polisi,” katanya.
Sejak pertengahan April, banjir bandang dan banjir lainnya telah menyebabkan sekitar 100 orang tewas di 10 provinsi Afghanistan, dan tidak ada wilayah yang selamat, menurut pihak berwenang.
Lahan pertanian telah terendam banjir di negara dimana 80 persen dari 40 juta penduduknya bergantung pada pertanian untuk bertahan hidup.
Afghanistan, yang memiliki musim dingin yang relatif kering, sehingga lebih sulit bagi tanah untuk menyerap curah hujan sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Negara ini, yang dilanda perang selama empat dekade, adalah salah satu negara termiskin di dunia dan, menurut para ilmuwan, salah satu negara yang paling tidak siap menghadapi dampak pemanasan global.
Afghanistan, yang hanya menyumbang 0,06 persen emisi gas rumah kaca dunia, berada di peringkat keenam dalam daftar negara yang paling berisiko akibat perubahan iklim, kata para ahli.