“Angka (pertumbuhan ekonomi) tersebut mencatatkan pertumbuhan kuartal I yang tertinggi sejak tahun 2015. Solidnya pertumbuhan ekonomi di triwulan I tersebut juga dikonfirmasi oleh berbagai lembaga rating yang memberikan asesmen positif bahwa ketahanan ekonomi Indonesia tetap terjaga didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil.”
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam keterangannya pada 7 Mei 2024.
Airlangga mengklaim bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan (yoy) merupakan pertumbuhan triwulan I tertinggi sejak tahun 2015. Apakah pernyataan tersebut benar?
Kami berkolaborasi dengan peneliti Intelligence Unit Lead and Sustainable Growth Lab, Think Policy, Alexander Michael Tjahjadi, untuk memeriksa kebenaran klaim Airlangga.
Benar, tapi…
Michael membenarkan pernyataan Airlangga bahwa dalam periode yang sama secara tahunan, pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun ini merupakan yang tertinggi sejak 2019. Ini terbukti berdasarkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia versi Badan Pusat Statistik (BPS).
Namun, dia mengatakan capaian pertumbuhan ekonomi tersebut tak terlepas dari faktor pemilihan umum (pemilu). Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia turut membenarkan bahwa pemilu berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi.
Ini, kata Michael, terlihat dari komponen lembaga nonprofit rumah tangga (LNPRT) yang pertumbuhannya 23%. Adapun lembaga nonprofit mencakup organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, lembaga keagamaan, organisasi profesi dan serikat buruh, organisasi kebudayaan, olahraga, dan rekreasi, serta partai politik. “Dari list itu, kemungkinan partai politik (sebagai penyumbang terbesar),” tutur dia.
Konsumsi rumah tangga
Michael menambahkan bahwa klaim positif pertumbuhan ekonomi perlu diperiksa secara mendetail, terutama dari sektor yang menjadi penopang pertumbuhan selama ini: konsumsi rumah tangga.
Dalam periode yang sama pada tahun politik, dia menyoroti pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Pemilu 2024 adalah yang terendah: 4,91%.
Bandingkan dengan triwulan I 2014 dan 2019 yang masing-masing 5,23% dan 5,02%. Pemerintah sepatutnya mencermati tren konsumsi rumah tangga yang menurun selama pemilu, tak hanya mengumbar angka pertumbuhan secara umum.
Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI).