- Komodo [Varanus komodoensis] tidak hanya ditemukan di Taman Nasional Komodo [TNK], Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, tetapi juga ada di Pulau Flores.
- Populasi komodo meningkat sejak 2018 hingga 2021. Tahun 2018 [2.897 ekor], 2019 [022 ekor], 2020 [3.163 ekor] dan 2021 [3.303 ekor]. Sementara pada 2022 sekitar 3.156 ekor dan 2023 meningkat menjadi 3.396 ekor.
- Komodo berkembang biak dengan cara bertelur [ovipar], namun bisa juga dengan cara partenogenesis yaitu individu betina tidak membutuhkan pembuahan dari jantan.
- Saat musim kawin, jantan akan memperebutkan satu betina dengan jantan lainnya. Hanya jantan pemenang yang dapat kawin dengan betina tersebut.
Komodo [Varanus komodoensis] tidak hanya ditemukan di Taman Nasional Komodo [TNK], Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Tetapi juga ada di Pulau Flores, yakni di Cagar Alam Wae Wuul, Kabupaten Manggarai Barat, serta Cagar Alam Wolotadho dan Cagar Alam Riung di Pulau Ontoloe, Riung, Kabupaten Ngada.
Deni Purwandana, Koordinator Program Komodo Survival Program [KSP] kepada Mongabay Indonesia menjelaskan bahwa komodo tersebar di tiga kabupaten di Pulau Flores yakni Manggarai Barat, Manggarai Timur, dan Ngada.
“Penampakan morfologi komodo selain di TN Komodo dan bagian barat Flores, cenderung bercorak warna terang,” ujarnya, Rabu [4/4/2024]
Bagaimana dengan populasi komodo saat ini?
Kepala Balai Taman Nasional Komodo Hendrikus Rani Siga mengatakan, populasinya meningkat sejak 2018 hingga 2021. Tahun 2018 [2.897 ekor], 2019 [3.022 ekor], 2020 [3.163 ekor] dan 2021 [3.303 ekor].
“Pada 2022 sekitar 3.156 ekor dan 2023 meningkat menjadi 3.396 ekor,” terangnya, Rabu [17/4/2024].
Hendrikus mengatakan, komodo terbanyak berada di Pulau Komodo yaitu 1.694 ekor. Menurutnya, secara keseluruhan tren populasi komodo cukup stabil dengan kecenderungan mengalami peningkatan.
“Populasi secara alami mengalami fluktuasi sesuai dengan ketersediaan populasi satwa mangsa di alam,” jelasnya.
Populasi mangsa
Pengendali Ekosistem Hutan Balai TNK Maria Panggur mengatakan, jumlah komodo sebagai predator puncak akan mengikuti ketersediaan populasi mangsa seperti rusa, kerbau, babi hutan, dan juga keamanan ruang jelajahnya.
Penelitian yang dilakukan Balai TNK dan KSP selama 20 tahun menunjukkan populasi komodo di taman nasional dalam kondisi stabil.
“Ini berarti populasinya sesuai dengan ruang yang ada, serta ketersediaan habitat yang cukup guna menunjang keberadaan komodo,” jelasnya kepada Mongabay, Minggu [21/4/2024].
Maria menerangkan, TNK melakukan berbagai kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan untuk memastikan kondisi ekositem dan satwa liar yang ada terjaga.
Selain itu, pihak balai melakukan sosialisasi kepada publik [masyarakat dan pengunjung] untuk menjaga keutuhan kawasan dan tidak mengganggu keberadaan satwa liar
“Balai TNK bekerja sama dengan berbagai pihak menjaga kawasan,” tuturnya.
Keunikan komodo
Komodo berkembang biak dengan cara bertelur [ovipar], namun bisa juga dengan cara partenogenesis.
Partenogenesis merupakan suatu proses perkembangbiakan aseksual pada makhluk hidup. Dalam hal ini individu betina tidak membutuhkan pembuahan dari jantan. Artinya, telur yang dihasilkan betina komodo nantinya tetap menetas menjadi anakan.
Maria menambahkan, komodo di TNK berkembang biak melalui perkawinan jantan dan betina yang terjadi selama musim kawin. Jantan akan memperebutkan satu betina dengan jantan lainnya. Hanya jantan pemenang yang dapat kawin.
Betina akan meletakkan telurnya di sarang dalam tanah, dengan masa inkubasi telur 7-8 bulan.
“Tiga bulan pertama, betina akan menjaga sarang agar tidak digali komodo lain atau diganggu babi hutan. Rata-rata telur yang dihasilkan 25 butir di sarangnya,” terangnya.
Meski dari spesies yang sama, komodo di TNK dan Pulau Flores berbeda secara fisik [warna] dan genetik. Menurut Maria, warna kulit komodo di Flores cokelat kekuningan saat remaja dan cokelat terang ketika dewasa.
“Genetik komodo juga sangat berbeda pada kedua populasi tersebut. Perbedaan terjadi karena kedua populasi terisolasi satu sama lain,” ungkapnya.
Populasi komodo di TNK berada pada area yang 100 persen dilindungi. Sedangkan komodo di Flores, sebagian populasi berada di luar wilayah dilindungi yaitu pada areal hutan adat atau perkebunan.
“Tantangan konservasi komodo di Flores perlu dipikirkan bersama agar tidak terjadi kepunahan di masa depan,” pesannya.