Indonesia diberkati dengan sumber daya alam yang sangat besar yang dapat digunakan untuk mengatasi perubahan iklim
Jakarta (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan mengungkapkan Indonesia diperkirakan memiliki nature based solutions (NBS) atau ecological based approach (EBA) sebesar 1,5 GT setara CO2 per tahun atau sekitar Rp112,5 triliun (7,1 miliar dolar AS).
Menurut dia, dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan sumber daya alamnya secara berkelanjutan dan menghasilkan pendapatan dari penjualan karbon melalui mekanisme carbon pricing berstandard internasional.
“Indonesia diberkati dengan sumber daya alam yang sangat besar yang dapat digunakan untuk mengatasi perubahan iklim. Berdasarkan beberapa penelitian, termasuk McKinsey, pada 2023, Indonesia memiliki potensi nature based solutions atau ecological based approach, yang sangat besar dari upaya mitigasi hingga 1,5 GT setara CO2 per tahun atau sekitar Rp112,5 triliun atau 7,1 miliar dolar AS,” ujar Menko Luhut pada acara forum dialog, yang diselenggarakan Tri Hita Karana bersama World Economic Forum di Bali, Minggu.
Ia melanjutkan saat ini, RI tengah berupaya menuju masa depan net zero.
“Mengacu pada Konsensus COP28 UEA, semua pihak berkomitmen untuk beralih dari bahan bakar fosil, mempercepat pengurangan emisi NDC yang ambisius dan berskala ekonomi, dan mendorong tiga kali lipat energi terbarukan dan dua kali lipat efisiensi energi pada 2030,” sebutnya.
Baca juga: Luhut ajak Elon Musk berkontribusi dalam rehabilitasi mangrove
Baca juga: Luhut pastikan Elon Musk ikut luncurkan Starlink di Bali
Luhut juga menyinggung inisiatif Indonesia di sela KTT G20 yakni Global Blended Finance Alliance (GBFA), yang juga dapat menjadi solusi dalam menghadapi tantangan global berupa perubahan iklim.
“GBFA juga mendukung pencapaian SDGs untuk negara-negara berkembang, LDCs, negara kepulauan, dan Kolaborasi Global Selatan. Melalui GBFA, kami meletakkan dasar bagi perubahan transformatif, memanfaatkan keuangan campuran, dan pengetahuan masa depan untuk mempercepat penciptaan nilai dan investasi di sektor-sektor ekonomi utama seperti energi, hutan, ekonomi biru, termasuk hutan bakau dan lamun, kesehatan infrastruktur, dan keberlanjutan pariwisata,” jelasnya.
Luhut menambahkan GBFA bukan hanya solusi untuk mengatasi transisi energi, namun Indonesia juga memimpin dalam bidang hutan dan bakau sebagai bagian dari solusi berbasis alam untuk aksi iklim.
Senada, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif berharap GBFA dapat membantu Indonesia mewujudkan net zero emission (NZE) pada 2060.
“Kami juga berharap bahwa G20 Bali Global Blended Finance Alliance (GBFA) dapat mendukung program kami mewujudkan net zero emission pada 2060,” kata Arifin.
Untuk mewujudkan NZE, menurut dia, pemerintah akan melakukan diversifikasi energi dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan.
“Kami yakin bahwa kami dapat mencapai target dan melaksanakan peta jalan, meskipun terdapat beberapa tantangan,” ujarnya.
Arifin mengatakan diversifikasi energi adalah kunci untuk mencapai target NZE 2060.
“Dengan komitmen dan kerja sama dari semua pihak, target ini dapat tercapai dan Indonesia dapat beralih ke masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan,” sebut Menteri ESDM.
Baca juga: Menko Luhut bantah pandangan terkait Indonesia tak peduli lingkungan
Baca juga: Pemerintah siapkan relokasi maupun ganti rugi 2.086 hektare lahan IKN
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024