- Kapulaga dijuluki “Queen of All Spices” atau ratunya rempah karena tanaman ini memiliki banyak Mulai untuk masakan, sebagai obat-obatan, hingga dijadikan parfum.
- Kapulaga memiliki banyak spesies, sedikitnya 150-180 jenis yang beberapa di antaranya banyak dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Kapulaga yang dikenal saat ini terdiri dari tiga genus yaitu Amomum, Aframomum dan Elettaria.
- Di Indonesia terdapat dua jenis kapulaga yaitu kapulaga lokal atau kapulaga jawa [Amomum compactum Soland ex. Maton] dan kapulaga sabrang atau kapulaga sejati [Elettaria cardamomum (L.) Maton]. Kapulaga jawa merupakan spesies endemik Jawa Barat dan telah dibudidayakan di daratan Asia Selatan dan China bagian Selatan.
- Kapulag siap dipanen apabila daunnya telah rimbun dan telah berumur tujuh Panen dilakukan beberapa kali dalam setahun, sampai usianya 15 tahun.
Kapulaga merupakan rempah yang paling dicari, sebagaimana julukannya: ratunya rempah. Mengapa?
“Kapulaga yang dikenal sebagai “Queen of Spices” merupakan buah kering tanaman herbal abadi tinggi [Elettaria cardamomum Maton] dari keluarga Zingiberaceae. Minyaknya digunakan untuk makanan, minuman keras, wewangian, dan industri farmasi sebagai perasa dan karminatif,” ungkap Nelly Safitri, penulis buku “Bumbu Rempah” [2019] dalam salah satu babnya.
Buah kapulaga berkumpul dalam tandan kecil dan pendek. Ciri-cirinya, berbentuk kapsul dengan diameter 1-1,5 cm. Buahnya juga memiliki garis-garis rapat dan berambut pendek halus.
Kapulaga memiliki mahkota sisa perhiasan bunga yang berbulu dan berwarna kuning kelabu. Bila masak, buahnya akan pecah dan membelah berdasarkan ruang-ruangnya.
Dalam buku berjudul “Pengenalan dan Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) Kapulaga” [Pertanian Press, 2022], dijelaskan bahwa kapulaga dikembangkan hampir di semua provinsi di Indonesia, kecuali di Sulawesi, Maluku, dan Papua yang belum banyak membudidayakannya.
Sentra utama pengembangan kapulaga adalah Pulau Jawa, bahkan selama dua dasawarsa luas panen di sini lebih dari 95% dari luas panen kapulaga di seluruh Indonesia.
Sementara, sebaran budidaya kapulaga terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Tiap daerah memiliki sebutan atau istilah berbeda, seperti palago [Sumatera], puwar [Minangkabau], kapulogo [Jawa], kapol [Sunda], palagha [Madura], garidimang [Bugis], dan karkolaka [Bali].
“Kapulaga memiliki banyak spesies, sedikitnya 150-180 jenis yang beberapa di antaranya banyak dibudidayakan dengan nilai ekonomi tinggi. Kapulaga yang dikenal saat ini terdiri dari tiga genus yaitu Amomum, Aframomum dan Elettaria,” ungkap para penulis.
Dijelaskan lagi, bahwa di Indonesia terdapat dua jenis kapulaga yaitu kapulaga lokal atau kapulaga jawa [Amomum compactum Soland ex. Maton] dan kapulaga sabrang atau kapulaga sejati [Elettaria cardamomum (L.) Maton]. Kapulaga jawa merupakan spesies endemik Jawa Barat dan telah dibudidayakan di daratan Asia Selatan dan China bagian Selatan.
Kapulaga jawa dicirikan dengan buah berwarna putih, berbentuk bulat, dan memiliki kadar minyak atsiri 2-3,5 persen, dengan aroma biasa. Sedangkan kapulaga sabrang, berwarna hijau, berbentuk oval, memiliki kadar minyak atsiri lebih tinggi [5-8 persen], serta aromanya lebih kuat.
Kapulaga ratunya rempah
Para penulis buku tersebut menjelaskan bahwa kapulaga dinamai ratunya rempah, karena penggunaannya di berbagai sektor.
Kapulaga tidak hanya dikenal sebagai rempah untuk masakan, namun juga sebagai tanaman fitofarmaka atau obat dari tanaman alam. Kapulaga juga merupakan komoditas hortikultura penghasil rempah dan obat yang memiliki nilai potensial tinggi.
Sebagai rempah, kapulaga tidak dapat digantikan tanaman lain karena aromanya yang khas dan tergolong rempah termahal ketiga dunia setelah safron dan vanili. Fungsi lainnya, sebagai bahan baku industri farmasi, herbal, dan parfum karena mengandung bahan aktif sineol, terpen, terpineol dan borneol dari bijinya, serta minyak atsiri yang digunakan sebagai pemberi aroma.
“Kapulaga memang dikenal kaya manfaat, sebut saja sebagai bahan baku pembuatan jamu atau obat tradisional. Ini dikarenakan ada efek farmakologis untuk menyembuhkan batuk, peluruh dahak, perut kembung, penurun demam, antitusif, dan antimual,” jelas penulis.
Di beberapa tempat di Indonesia, kapulaga banyak dibudidayakan dengan cukup mudah. Dikutip dari situs Pertanian.go.id, kapulaga dapat dikembangbiakan secara vegetatif dari pohon induk, yaitu dengan stek anakan atau rimpang bertunas dan berakar.
Stek anakan berasal dari tanaman induk sehat berumur 10 – 12 bulan yang telah berbuah, dan tidak ada gejala penyakit layu bakteri, busuk akar, busuk rimpang, karat daun, bercak daun, nematoda akar, atau hama penggerek rimpang.
Kapulaga siap dipanen bila daunnya telah rimbun dan berumur tujuh bulan. Panen dilakukan beberapa kali dalam setahun, sampai tanaman berumur 15 tahun.