Keanekaragaman hayati pada ranah spesies merupakan hal paling umum yang diketahui masyarakat luas. Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia yang diperingati setiap 22 Mei, merupakan momentum bagi kita melihat kembali kekayaan spesies Indonesia.
Istilah spesies atau disebut juga jenis, menurut KBBI Daring bermakna satuan dasar klasifikasi biologi. Perhitungan terkini keanekaragaman tumbuhan dan jamur makroskopik hingga 2017, menunjukkan sebanyak 31.750 spesies terdapat di Indonesia.
Tahun 2023, sebanyak 49 spesies baru makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan, jamur, maupun mikroorganisme, ditemukan oleh para peneliti biosistematika Indonesia yang tergabung dalam Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional [BRIN]. Hal ini menunjukkan, potensi penemuan spesies baru untuk dikenal dunia ilmiah masih terbuka lebar.
Ragam spesies
Meski terdengar umum, istilah dan definisi spesies memiliki sejarah panjang sebelum diterima dalam Ilmu Biologi. Para cendekiawan masa lalu telah mengenal peri kehidupan yang terdiri banyak entitas biologi.
Tokoh botani bernama John Ray menyatakan bahwa spesies adalah entitas dengan karakteristik yang spesifik dan konsisten berulang antargenerasi, dengan perbanyakan yang berasal dari biji.
Seiring perkembangan pengetahuan, para ahli Biologi memiliki pengertian berbeda mengenai spesies. Hal ini menyebabkan spesies menjadi salah satu konsep yang paling kontroversial dalam Biologi.
Di masa-masa awal, penggunaan bentukan luar [morfologi] suatu biota merupakan karakteristik yang dianggap dapat membedakan antara suatu spesies dengan spesies lain. Lalu, konsep spesies Biologi menyatakan bahwa spesies adalah kumpulan organisme yang dapat saling kawin dan terisolasi secara reproduksi dengan kelompok lainnya.
Di era molekuler, gabungan antara keberadaan leluhur dan karakteristik tertentu menjadikan syarat pengenalan suatu spesies. Cerminan dari beragamnya pemahaman para ahli mengenai spesies adalah terdapatnya sekitar 30 konsep mengenai spesies sebelum pergantian milenium kedua. Konsep ini akan terus berkembang, seiring bertambahnya data dan berkembangnya pengetahuan.
Menilik lebih dalam, konsep utama yang digunakan untuk penentuan spesies adalah dengan menggunakan konteks evolusi. Konsep ini solid, namun belum tentu dapat diamati dalam kesehariannya. Hal ini dikarenakan evolusi berlangsung sedemikian lama dalam proses pembentukan spesies baru yang terpisah dengan spesies lainnya.
Untuk itu, terdapat konsep pendamping yang lebih mudah diamati seperti keberadaan leluhur bersama, reproduksi yang menghasilkan keturunan fertil, dan kesamaan morfologi antarindividu. Konsep pendamping yang jelas ini berguna untuk menegaskan bahwa terdapat batas antara suatu spesies dengan spesies lainnya.
Sudut pandang baru spesies
Kevin De Queiroz memberi sudut pandang baru mengenai spesies. Dia mendekati isu ini dari proses pembentukan spesies [spesiasi]. Berbagai aspek yang sebelumnya dikenal sebagai konsep berbeda seperti: morfologi, isolasi reproduksi, preferensi ekologi, sebaran wilayah dan lainnya merupakan fenomena yang dapat muncul maupun tidak, dalam pemisahan suatu spesies dengan spesies lainnya. Selain itu, tidak ada urutan baku antara munculnya satu aspek dengan aspek lain.
Pendekatan heuristik mempermudah hal ini dengan menggabungkan beragam data yang tersedia dalam jumlah terbatas, namun cukup untuk memberikan jawaban yang layak hingga saat kini. Morfologi, molekul, dan ekologi adalah data yang relatif melimpah di masa kini dan dapat digunakan sebagai rangkaian bukti yang kuat untuk penentuan spesies.
Di Indonesia, penemuan jenis baru umumnya dilakukan berdasarkan ciri morfologi. Pendekatan ini memiliki kepraktisan karena dapat dilakukan secara langsung dan cepat. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh beragam buku identifikasi tumbuhan seperti Flora of Java dan Flora Malesiana yang menggunakan kunci identifikasi berdasarkan ciri morfologi.
Kedua karya ilmiah tersebut menjabarkan kekayaan tumbuhan di wilayah Jawa dan Malesia [kawasan biogeografi tumbuhan yang membentang kurang lebih dari Malaysia hingga Papua New Guinea].
Lebih jauh, batasan [delimitasi] suatu spesies adalah hipotesis yang terus diuji dalam riset lanjutan. Tujuannya, untuk mengetahui apakah pendapat para ahli sebelumnya berdasarkan data morfologi, sesuai dengan penambahan data baru, baik dari sisi sitologi, ekologi, molekul dan lainnya.
Positifnya, disiplin ilmu sistematik menjadi dinamis karena dapat mengubah penamaan dan pengelompokan organisme, agar lebih akurat menggambarkan kekerabatan antara spesies. Klasifikasi beragam organisme berdasarkan hubungan kekerabatan merupakan pendekatan natural, karena merefleksikan fenomena evolusi yang sedang berlangsung.
Identitas spesies
Beragam riset farmasi, biologi, kehutanan, kimia kedokteran, dan konservasi sangat bergantung dari akurasi identitas spesies. Contoh pentingnya identitas suatu spesies adalah besarnya proporsi tumbuhan obat yang menjadi target utama riset farmasi. Kandungan senyawa kimia antara spesies dapat berbeda, sehingga pemilihan spesies yang tepat untuk riset adalah hal sangat penting.
Di sisi lain, sejumlah spesies memiliki berbagai label yang berkaitan dengan konservasi dan ekologi. Pada konservasi, terdapat konsep payung/umbrella yaitu spesies yang perlindungannya akan melindungi beragam spesies lain dalam wilayah sebarannya. Sebut saja gajah dan harimau.
Sedangkan di bidang ekologi, ada istilah spesies kunci/keystone yang keberadaannya menjadi penentu kelangsungan hidup beragam spesies lain dalam suatu ekosistem, seperti berbagai spesies pohon ara. Sementara, spesies penanda/indicator yang dapat menjadi penanda suatu lingkungan spesifik dan rentan terhadap perubahan, dapat dilihat pada spesies katak, sebagai penandanya.
Sedangkan spesies asing invasif/alien invasive merupakan jenis yang berada di luar wilayah sebaran alaminya, karena aktivitas manusia baik sengaja maupun tidak yang berdampak negatif pada ekosistem. Eceng gondok adalah contoh yang sangat jelas untuk hal ini.
Di bidang sistematika sendiri, terdapat istilah spesies tersembunyi/cryptic. Artinya, spesies yang individunya memiliki perawakan morfologi yang tidak bisa dibedakan dengan spesies lain, namun secara genetik sangat berbeda. Pelabelan tersebut, sangat berguna untuk intervensi manusia baik digunakan dalam hal aksi konservasi maupun eradikasi.
Gambaran ini menunjukkan bahwa spesies memiliki peran sangat besar dalam kehidupan manusia di Bumi. Namun, penentuan batasan spesies, merupakan hal yang sangat fundamental dan perlu dilakukan dengan prinsip kehati-hatian oleh para spesialis di bidangnya. Mereka adalah pakar taksonomi maupun sistematika hayati, yang jumlahnya masih terbatas di Indonesia.
* Alex Sumadijaya, Peneliti Sistematika Tumbuhan Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, BRIN. Tulisan ini merupakan opini penulis.
Katak Pohon Kutil Palsu, Spesies Baru dari Pulau Nusa Kambangan