Teknologi.id – Kecelakaan helikopter Bell 212 buatan Amerika Serikat yang menewaskan Presiden Iran, Ebrahim Raisi, dan seluruh penumpang lainnya, menjadi sorotan tajam di tengah hubungan tegang antara Iran dan Amerika Serikat. Insiden tragis ini tidak hanya mengundang perhatian publik tetapi juga mengangkat kembali isu mengenai dampak sanksi AS terhadap Iran, terutama dalam hal suku cadang penerbangan yang penting untuk keselamatan.
Sanksi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap Iran mencakup banyak aspek, termasuk pembatasan pada penjualan pesawat terbang dan suku cadang penerbangan. Hal ini menyulitkan Iran untuk memelihara dan memperbarui armada pesawat dan helikopternya yang kebanyakan sudah berusia tua.
Dalam beberapa dekade terakhir, Iran harus bergantung pada pesawat dan helikopter yang diproduksi di era yang jauh lebih awal, termasuk helikopter Bell 212 yang berasal dari era Perang Vietnam. Mantan Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, dengan tegas menyebut sanksi AS sebagai penyebab utama kecelakaan yang menimpa helikopter Presiden Raisi.
Zarif menyatakan bahwa Amerika Serikat adalah pihak yang paling bersalah dalam kecelakaan tersebut karena, meskipun ada keputusan dari Mahkamah Internasional, mereka tetap memberlakukan sanksi yang membatasi penjualan pesawat terbang dan suku cadang penerbangan. Hal ini, menurutnya, menghalangi masyarakat Iran dari akses terhadap transportasi udara yang aman dan layak.
Baca juga: BREAKING: Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Helikopter
Tanggapan Amerika Serikat
Pejabat Amerika Serikat, termasuk juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby, menolak tuduhan yang dilontarkan oleh Zarif. Kirby menyebut bahwa sumber resmi Iran menyebutkan kondisi penerbangan yang buruk, khususnya kabut tebal, sebagai penyebab utama kecelakaan tersebut.
Kirby menegaskan bahwa setiap negara, termasuk Iran, memiliki tanggung jawab untuk memastikan keselamatan dan pemeliharaan peralatan penerbangan sipilnya.
Penyebab Potensial Kecelakaan
Beberapa kemungkinan penyebab kecelakaan helikopter Bell 212 tersebut mencuat. Pemeliharaan yang buruk dan kesalahan manusia di tengah kondisi cuaca buruk seperti kabut tebal menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan.
Menteri Transportasi Turki, Abdulkadir Uraloglu, mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengomentari penyebab pasti kecelakaan itu, namun indikasi awal menunjukkan bahwa cuaca berkabut memainkan peran penting.
Kecelakaan ini juga menimbulkan banyak pertanyaan mengenai keputusan penerbangan dan keselamatan. Mengapa Iran mempertaruhkan nyawa Presiden dan Menteri Luar Negerinya dengan menaiki helikopter yang sama?
Pada hari kejadian, terdapat tiga helikopter yang digunakan untuk membawa delegasi ke pembukaan bendungan di perbatasan dengan Azerbaijan. Ketika Raisi, didampingi oleh Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian dan pejabat lainnya, tiba di bendungan Qiz Ghal’e pada pagi hari, jarak pandang masih cukup baik.
Namun, rute yang dipilih untuk perjalanan pulang dipertanyakan karena kondisi cuaca yang memburuk dengan kabut yang semakin tebal.
Selain itu, keputusan untuk terbang melintasi pegunungan alih-alih mengambil rute yang lebih aman di sekitar pegunungan juga dipertanyakan. Mengapa, dengan mengetahui kondisi cuaca yang buruk, presiden dan menteri luar negeri ditempatkan dalam satu pesawat yang sama?
Hal ini mengungkap kurangnya kesiapan dan pertimbangan keselamatan yang matang dari pihak Iran dalam menghadapi situasi kritis.
Implikasi Politik dan Keselamatan Penerbangan
Insiden ini membawa implikasi politik yang luas dan menyoroti betapa pentingnya pemeliharaan dan keselamatan penerbangan, terutama bagi pejabat tinggi negara. Meskipun sanksi Amerika Serikat memang mempengaruhi kemampuan Iran untuk mendapatkan suku cadang yang diperlukan, keputusan operasional dan manajemen risiko internal juga memegang peranan penting.
Pemerintah Iran harus mempertimbangkan kembali kebijakan dan prosedur mereka untuk memastikan keselamatan penerbangan bagi semua pengguna, terutama pejabat tinggi negara. Hingga saat ini, penyebab pasti kecelakaan masih dalam tahap investigasi oleh pihak berwenang Iran. Pertanyaan mengenai kondisi helikopter dan keputusan penerbangan pada hari itu tetap menjadi fokus utama.
Sementara itu, perdebatan mengenai dampak sanksi AS terhadap keselamatan penerbangan di Iran terus berlanjut. Mantan Menteri Luar Negeri Zarif menilai bahwa teknologi Iran telah dirusak oleh sanksi AS.
Namun, jika memang helikopter presiden menjadi korban kekurangan suku cadang akibat sanksi tersebut, mengapa nyawa presiden dan menteri luar negeri harus dipertaruhkan dalam pesawat yang dianggap tidak dapat diandalkan?
Kecelakaan helikopter yang menewaskan Presiden Ebrahim Raisi dan seluruh penumpang lainnya merupakan tragedi yang membuka banyak pertanyaan mengenai dampak sanksi Amerika Serikat terhadap keselamatan penerbangan di Iran.
Meskipun kondisi cuaca buruk dianggap sebagai faktor utama, keputusan operasional dan kebijakan pemeliharaan juga harus dievaluasi secara menyeluruh. Investigasi yang sedang berlangsung diharapkan dapat memberikan jawaban yang jelas dan memastikan bahwa kejadian serupa dapat dihindari di masa depan, menjaga keselamatan penerbangan dan integritas transportasi udara di Iran.
Simak video yang dikutip dari Harian Kompas berikut ini, jika Anda penasaran dengan spesifikasi dari Helikopter Bell 212 yang ditunggangi oleh Presiden Iran.
Baca Berita dan Artikel lain di Google News.
(bmm)