“Jadi kenapa (bansos) beras 10 kilogram ini diberikan kepada Bapak, Ibu sekalian? karena ada kenaikan harga beras, karena harga pangan internasional itu semuanya naik dan kita ini termasuk (kenaikan) masih rendah, ada yang naik tinggi sekali. Ini patut kita syukuri, bahwa kita naiknya tidak drastis, ada yang 50%, ada yang dua kalinya, jadi di Indonesia beras bisa kita kendalikan.”
Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengatakannya saat memberikan sambutan sebelum menyerahkan bansos beras kepada masyarakat di Kompleks Pergudangan Laende, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, pada Senin 13 Mei 2024.
The Conversation Indonesia menghubungi Riska Ayu Purnamasari, peneliti bidang pertanian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), untuk memeriksa kebenaran klaim Jokowi tersebut.
Klaim Jokowi salah
Laporan bulanan mengenai harga-harga komoditas perdagangan dari Bank Dunia (World Bank) atau yang dikenal sebagai The Pink Sheet pada edisi Mei 2024, menunjukkan harga beras dari Thailand dan Vietnam dengan kadar patahan masing-masing 5% tercatat sebesar US$592 (Rp9,5 juta) per ton dan $571,5 (Rp9,2 juta) per ton.
Dari informasi tersebut, artinya harga beras di Thailand dan Vietnam pada Mei 2024 masing-masing setara dengan Rp9.417 per kg dan Rp9.091 per kg. Dengan nilai tukar rupiah pada pertengahan Mei 2024 adalah Rp15.907 per dolar AS.
Sedangkan, untuk harga beras di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa rata-rata harga nasional berbagai jenis beras di Indonesia pada Mei 2024 mencapai Rp14.103 per kg. Harga ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Data tersebut menunjukkan harga beras di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga beras di negara lain, khususnya Thailand dan Vietnam. Klaim Jokowi jelas salah.
Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI).