Kementerian Pertanian terus mendorong dan memfasilitasi bertumbuhnya usaha tani atau agripreneur yang dijalankan oleh generasi muda. Pemerintah berkomitmen mengawal regenerasi petani dan menjadikan pertanian sebagai dunia usaha atau bisnis yang strat
Jakarta (ANTARA) – Kementerian Pertanian (Kementan) menggandeng Gerakan Pemuda Tani Indonesia (Gempita) untuk melibatkan anak muda dalam mendukung hilirisasi pertanian sehingga bisa meningkatkan roda perekonomian.
“Kementerian Pertanian terus mendorong dan memfasilitasi bertumbuhnya usaha tani atau agripreneur yang dijalankan oleh generasi muda. Pemerintah berkomitmen mengawal regenerasi petani dan menjadikan pertanian sebagai dunia usaha atau bisnis yang strategis dan menguntungkan,” kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Menurut Mentan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian masuk dalam kategori paling tinggi jika dibandingkan dengan lapangan usaha lainnya seperti perdagangan dan juga industri pengolahan.
“Hal ini menunjukkan sektor pertanian masih merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia saat ini,” ucap Amran.
Berdasarkan data BPS, panjut Amran, jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian pada triwulan 1 2023 mencapai 29,36 persen. Adapun pada triwulan 1 2024 sebesar 28,64 persen dan naik 0,03 juta orang (yoy) dari total jumlah penduduk Indonesia yang bekerja sebanyak 142,18 juta orang.
Menurut Mentan, tingginya data penyerapan tenaga kerja pada sektor akomodasi dan makan minum ini tidak lepas dari kontribusi sektor pertanian yang turut meningkat.
“Di sisi lain, BPS juga mencatat distribusi dan pertumbuhan sektor pertanian pada produk domestik bruto (PDB) menepati urutan ketiga dengan capaian 11,61 persen. Sektor pertanian menjadi salah satu andalan bagi ekonomi Indonesia,” ucap Mentan.
Oleh karena itu, Mentan berharap Gerakan Pemuda Tani Indonesia bisa berkontribusi dalam melibatkan anak muda agar mampu melihat dan memanfaatkan peluang bisnis dari hilirisasi olahan pangan sehingga bisa memberikan nilai tambah secara ekonomi.
“Langkah ini penting mengingat pertanian memiliki peluang ekonomi yang sangat besar terutama dalam meningkatkan kesejahteraan petani secara keseluruhan,” imbuh Mentan.
Sementara itu, Koordinator Nasional Gempita Ibrahim Asnawi mengatakan bahwa proses hilirisasi bisa dimulai dari pulau Sulawesi sebagai salah satu gerbang utama pasar pertanian Indonesia.
Dia meminta setiap koordinator wilayah Gempita di Sulawesi menyiapkan produk kebanggaan yang bisa dipasarkan di pasar nasional maupun internasional.
“Oleh sebab itu saya mendorong teman-teman Koordinator wilayah di seluruh Sulawesi ini untuk membuat blueprint kawasan pertanian yang menjadi kebanggaan di setiap wilayahnya dan bisa dikelola dari hulu hingga hilirnya, sehingga ada peningkatan harga yang bisa meningkatkan kesejahteraan petani,” ujar Asnawi.
Menurut Asnawi, hilirisasi perlu dilakukan untuk memperkuat program pemerintah dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Terkait hal ini, peranan anak muda sangat dibutuhkan karena melalui tangan mereka inovasi turunan baru olahan pertanian bisa dihadirkan.
“Sebab jika teman-teman berhenti pada tahap hulunya saja, maka susah berharap meningkatkan kesejahteraan petani, jika kesejahteraan petani yang ada saja susah untuk ditingkatkan, maka turunlah minat anak muda melihat dunia pertanian ke depan,” katanya.
Asnawi menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi dengan koordinator Gempita wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo dan Sulawesi Utara untuk menyiapkan rencana klaster-klaster pertanian bagi kebutuhan pangan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Baca juga: Mentan ingatkan distributor dan pengecer pupuk tidak mainkan harga
Baca juga: Mentan paparkan upaya transformasi pertanian tradisional ke modern
Baca juga: Mentan RI dan Vietnam sepakat kerja sama teknologi lahan rawa
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024