- Pulau Gelasa merupakan habitat penting tiga jenis penyu dilindungi di Kepulauan Bangka Belitung, yaitu penyu sisik, penyu hijau, dan penyu belimbing.
- Pada puncaknya [pasang besar dan purnama], puluhan hingga ratusan penyu naik ke sejumlah titik pantai berpasir di pulau Gelasa untuk bertelur.
- Dalam Perda RZWP3K 2014 dan Perda RT/RW 2019 Kabupaten Bangka Tengah, Pulau Gelasa sempat masuk sebagai kawasan konservasi, namun status tersebut hilang dalam Perda RZWP3K Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
- Masyarakat berharap, Pulau Gelasa dijadikan kawasan konservasi, wilayah tangkap nelayan, dan wisata, khususnya sebagai wisata edukasi penyu yang dapat mengundang peneliti dan wisatawan. Dengan begitu, Pulau Gelasa terlindungi dari berbagai ancaman.
Sekitar pukul dua dini hari [27/3/2024], kilat terlihat di langit Pulau Gelasa. Bagi nelayan, ini bisa jadi pertanda buruk. Tapi menurut Ismu Bai, ini adalah waktu yang tepat untuk melihat penyu bertelur.
“Kata orangtua dulu, semakin banyak kilat, besar kemungkinan penyu naik ke pasir untuk bertelur,” ujar Ismu, nelayan di Dusun Tanjung Berikat, Desa Batu Beriga, Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung.
Setelah gagal malam sebelumnya, ini kesempatan terakhir kami untuk melihat penyu bertelur langsung, karena esok, kami harus pulang ke Tanjung Berikat [Pulau Bangka] yang berjarak 30 kilometer dari Pulau Gelasa.
Beruntung, gelombang cukup bersahabat. Perlahan, perahu kecil milik Ismu mengantar kami ke teluk bagian utara pulau.
“Matikan senter,” ucapnya.
Tepat di ujung garis pantai, terdengar suara pasir berhamburan.
“Alhamdulillah, akhirnya ketemu, meski kita sedikit terlambat karena penyu sudah menimbun telurnya.”
Meski sering berkunjung ke Gelasa, ini pengalaman pertamanya menyaksikan penyu bertelur.

M. Rizza Muftiadi, peneliti terumbu karang dari Universitas Bangka Belitung, yang juga ikut tim mengatakan, jika dilihat dari ciri-ciri fisiknya, itu jenis penyu hijau.
“Dengan panjang karapas mencapai 81 cm dan lebar 35 cm, penyu ini sudah matang kelamin. Fakta bahwa Pulau Gelasa menjadi tempat peneluran penyu, kian menguatkan potensinya dijadikan kawasan konservasi,” katanya.
Menurut Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut [2009], dalam penelitian Benni dkk [2017], dari tujuh jenis penyu di dunia, tercatat enam jenis penyu hidup di perairan Indonesia. Jenis itu adalah penyu hijau [Chelonia mydas], penyu sisik [Eretmochelys imbricata], penyu abu-abu [Lepidochelys olivacea], penyu pipih [Natator depressus], penyu belimbing [Dermochelys coriacea], serta penyu tempayan [Caretta caretta].
Satu-satunya penyu yang belum singgah ke Indonesia adalah Ridley Kemp, penyu terkecil di dunia. Semua jenis penyu yang ada di Indonesia merupakan satwa dilindungi dan masuk kategori Appendix I CITES [Convention on International Trade in Endangered Species], sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya harus mendapat perhatian serius.
Khusus di Kepulauan Bangka Belitung, saat ini ada tiga jenis penyu, yaitu penyu sisik, penyu hijau, dan penyu belimbing. Pada 14 Maret 2024 lalu, satu individu penyu belimbing dengan kondisi sirip kiri terputus, dilepasliarkan kembali setelah terdampar di kawasan Tanjung Ular, Desa Airputih, Kabupaten Bangka Barat.
“Penyu sisik dan penyu hijau paling sering terlihat. Kasus di Tanjung Ular adalah catatan terbaru keberadaan penyu belimbing di Pulau Bangka,” kata Langka Sani, founder Alobi Foundation.

Habitat penting
Seperti diberitakan Mongabay Indonesia sebelumnya, terdapat 14 titik sebaran sarang penyu alami di Bangka Belitung. Ada Pulau Bedukang, Pulau Semujur, Pulau Panjang, Pulau Ketawai, Pantai Merapin, Pulau Gelasa, Pulau Lepar, Pulau Pongok, Pulau Salma, Pulau Langer, Pulau Piling, Pulau Lengkuas, Pulau Pesemut, dan Pulau Begadung.
Namun, penelitian Benni dkk. [2017] menyatakan, Pulau Toti atau sering disebut Pulau Dua yang terletak di utara Pulau Bangka, merupakan titik sarang alami penyu sisik dan penyu hijau.
Pulau Gelasa dengan luas sekitar 210 hektar, merupakan habitat peneluran atau sarang alami penyu yang penting di Pulau Bangka. Sekitar 127 hektar terumbu karang [Adi, 2019] dengan kondisi sedang-baik, mengelilingi pulau ini [Adi dkk., 2020].
Menurut Bandot, nelayan yang sering singgah di Pulau Gelasa, pada bulan-bulan tertentu, kita dapat menyaksikan puluhan atau bahkan ratusan penyu naik ke pasir untuk bertelur.
“Yang paling sering itu jenis penyu sisik, kemudian penyu hijau, dan yang paling besar berwarna hitam penyu belimbing. Tapi jenis yang terakhir sangat jarang terlihat,” katanya.

Bulan Juni 2022 lalu, pengiriman 2.287 butir telur penyu dari perairan Gelasa digagalkan petugas. Menurut informasi yang diperoleh Ismu dari masyarakat sekitar di Desa Batu Beriga, ribuan telur tersebut dikumpulkan pelaku hanya tiga hari.
“Artinya, Gelasa tempatnya penyu bertelur. Kami berharap, selain dijadikan wilayah tangkap nelayan, Pulau Gelasa bisa dijadikan kawasan konservasi dan wisata edukasi penyu, sehingga berdampak pada ekonomi masyarakat,” terang Ismu.
Penyu bertelur sepanjang tahun di Gelasa, hanya saja ada bulan tertentu yang menjadi puncaknya. Khsusnya, saat pasang besar atau purnama.
“Pasir pantai di Gelasa banyak yang curam, karenanya penyu lebih suka bertelur saat pasang besar, sehingga mereka bisa terdorong ombak menuju daratan,” lanjutnya.
Menurut penelitian Marselino dkk. [2024], ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang yang mengelilingi Gelasa sangat mendukung habitat penyu untuk mencari makan, reproduksi, dan peneluran.
Selama penelitian tersebut, ditemukan enam bekas sarang baru dengan bekas cangkang telur, dan satu sarang dengan kondisi telur terendam air laut.
“sebanyak 83 telur dalam sarang tergenang air,” tulis penelitian tersebut.
Masih riset yang sama, titik sarang alami penyu ditemukan di pantai bagian utara dan timur Gelasa. Sementara di barat dan selatan, tidak ditemui sarang alami.
Menurut Ismu, dulu hampir seluruh pantai berpasir di Gelasa digunakan penyu untuk bertelur. Seperti di Teluk Pisang, Pantai Pasir Panjang, dan Pantai Pasir Penyu.
“Beberapa tahun terakhir, penyu lebih sering bertelur di bagian utara dan timur. Ini mungkin karena wilayah barat dan selatan sering digunakan nelayan sebagai tempat singgah, sehingga terlalu terang dan banyak sampah,” jelasnya.

Konservasi
Jika melihat potensi besarnya, Pulau Gelasa layak dijadikan kawasan konservasi. Namun, dalam Perda RZWP3K Kepulauan Bangka Belitung, Perairan Pulau Gelasa atau Kelasa dijadikan zona pariwisata, zona jalur migrasi mamalia, dan zona pertambangan laut. Sebelumnya, Gelasa sudah dicadangkan sebagai kawasan konservasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Tengah.
Pertama, Perda Kabupaten Bangka Bangka Tengah No. 21 Tahun 2014 Tentang RZWP3K Kabupaten Bangka Tengah 2014-2034, Pasal 16. Rinciannya, sub zona wisata selam [48,011 hektar], zona konservasi [152,334 hektar], dan sub zona inti di utara pulau yang merupakan tempat penyu bertelur [61,384 hektar].
Kedua, Perda Kabupaten Bangka Tengah Nomor 2 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 48 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bangka Tengah 2011-2031, Pasal 29. Dalam dokumen ini, Gelasa dijadikan Cagar Alam Laut seluas 50,83 hektar.

Menanggapi hal tersebut, Muhammad Syaiful Anwar, dosen Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung, mengatakan Perda RZWP3K Kabupaten Bangka Tengah bisa dijadikan rujukan dalam penerapan hukum. Asalkan, Pemda Bangka Tengah yang memiliki pengelolaan, memasukkan Pulau Gelasa dalam Perda Kabupaten Bangka Tengah yang secara yuridis memang wilayah Kabupaten Bangka Tengah.
“Sedangkan kasus Gelasa yang tidak dimasukkan dalam RZWP3K di tingkat provinsi, tidak masalah. Yang penting, tidak bertentangan dengan aturan di atasnya,” paparnya.
Meski demikian, Anwar mengatakan Perda RZWP3K Kepulauan Bangka Belitung harus dikaji ulang.
“Bukan pada uji formalnya saja, namun juga uji materi [isi]. Karena banyak aturan baru yang muncul, baik berupa UU maupun PP atau PerMen yang berkaitan dengan wilayah pesisir. Perda RZWP3K tersebut belum update lagi, sehingga akan lemah dari sisi yuridis formal,” jelasnya.

Wawan Ridwan, Subkoordiantor Pengelolaan Ruang Laut DKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengatakan semua proses penyusunan RZWP3K Provinsi sudah dilakukan sesuai prosedur.
“Dari hasil konsesus bersama semua stakeholder, Gelasa memang tidak diusulkan menjadi kawasan konservasi, melainkan kawasan pariwisata dan perikanan tangkap. Jika ingin diusulkan menjadi kawasan konservasi, bisa saja saat review terkait Perda RZWP3K.”
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tengah proses integrasi Rencana Tata Ruang Wilayah [RT/RW] darat dan laut.
“Untuk ruang laut tidak ada perubahan. Saat ini, dokumen dibahas di tingkat DPRD,” lanjut Mawan.
Rino, Ketua Kelompok Sadar Wisata [Pokdarwis] Desa Batu Beriga mengatakan, masyarakat berharap Pulau Gelasa dijadikan kawasan konservasi, sekaligus kawasan wisata dan perikanan tangkap bagi nelayan.
“Khususnya, dijadikan wisata edukasi penyu, sehingga bisa mengundang wisatawan dan peneliti. Hal ini akan berdampak pada ekonomi masyarakat, serta menjaga Gelasa dari berbagai ancaman.”
Bila diijadikan kawasan konservasi, Gelasa lebih terlindungi dari ancaman pertambangan.
“Wilayah ini juga bagian wilayah adat kami, jadi sudah seharusnya dijaga,” kata Cik Jali, tokoh adat di Dusun Tanjung Berikat.
Referensi jurnal:
Adi, W. (2019). Pemetaan Pulau Kecil Gelasa Kabupaten Bangka Tengah. Journal of Tropical Marine Science, 2, 11–14. https://doi.org/10.33019/jour.trop.mar.sci.v2i1.909
Adi, W., Kamarullah, U., Dedi, D., Sanjaya, H., Ardyansah, R., Gunawan, R., Mahatir, M., Mustofa, K., Ramadhani, M. R., & Sartini, S. (2020). Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di Pulau Gelasa Kabupaten Bangka Tengah. Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan, 14(2), 13–19.
Benni, B., Adi, W., & Kurniawan, K. (2017). Analisis karakteristik sarang alami peneluran penyu. Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan, 11(2), 1–6.
Marselino, F., Yusuf, M., & Redjeki, S. (2024). Karakteristik Fisik Habitat Peneluran Penyu di Pulau Gelasa, Kepulauan Bangka Belitung. Journal of Marine Research; Vol 13, No 2 (2024): Journal of Marine Research. https://doi.org/10.14710/jmr.v13i2.39011