- Penyakit darah atau layu bakteri menyerang tanaman pisang di Kabupaten Sikka, Kabupaten Manggarai hingga Ende di barat Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur [NTT]. Jenis pisang yang diserang adalah pisang kepok [Musa Paradisiaca Var. Balbisiana colla].
- Data Dinas Pertanian Kabupaten Sikka menunjukkan, hingga April 2024 penyakit ini sudah merebak di 10 kecamatan. Luas serangan mencapai 25,62 ha [1,9%] dari total lahan sebesar 1.348,63 ha.
- Penyakit darah disebabkan bakteri Ralstonia solanacearum ras 2. Gejalanya, 1-3 helai daun tampak hijau kekuningan, layu, dan tangkainya patah. Buahnya tetap hijau tetapi kalau dipotong melintang membusuk dan penuh lendir.
- Anjloknya produksi pisang berdampak terhadap inflasi di NTT. Bank Indonesia [BI] perwakilan NTT mengungkap penyumbang utama inflasi NTT pada Maret 2024 adalah pisang.
Raut wajah Hendrikus Lenci tampak muram. Warga Dusun Hoba, Kelurahan Nangalimang, pinggiran Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur [NTT] ini, mengajak Mongabay Indonesia melihat kebun pisangnya seluas dua hektar, Minggu [26/5/2024].
Parang [kelewang] di tangannya diayunkan. Sekali tebas satu per satu pohon pisang kepok [Musa Paradisiaca Var. Balbisiana colla] yang sudah berbuah roboh ke tanah.
Buah yang tampak sehat dipotong. Namun, terlihat lendir berwarna kuning kemerahan ataupun merah kehitaman.
“Hampir tiga bulan tanaman pisang saya kena penyakit. Tidak ada yang bisa dijual,” ungkapnya.
Lenci mengaku biasanya seminggu atau dua minggu sekali, pembeli pisang datang menggunakan mobil pick up ke rumahnya. Pembeli menebang sendiri pisang yang diinginkan.
Satu tandan dijual Rp25-30 ribu. Sekali jual dia bisa mengantongi uang Rp500 ribu.
“Sebelum dibeli buah pisang dikupas, untuk memastikan bebas penyakit,” ujarnya.
Lenci menjelaskan, petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Sikka sudah dua kali datang ke kebunnya. Dia dianjurkan untuk membersihkan rumpun pisang dan membakar dedaunan yang berserakan di tanah.
“Pohon singkong saya pun daunnya kuning, hampir sama dengan daun pisang yang terkena penyakit,” ucapnya.
Hal serupa dialami Yosef Yairus, warga Kelurahan Nangalimang, yang juga memiliki puluhan rumpun pisang kepok di kebunnya.
Hama menyerang jantung, lalu ke buah yang menyebabkan keras dan kering. Hama juga menjalar ke batang sehingga bila dipotong terlihat jaringan pembuluhnya cokelat kehitaman dan mengeluarkan lendir putih.
“Biasanya menyerang pohon yang sudah berbuah. Kalau sudah terkena, langsung saya tebang. Sebelumnya hama pernah menyerang, tapi tidak sebanyak sekarang,” ucapnya, Minggu [26/5/2024].
Sejak penyakit menyerang, harga setandan pisang kepok ukuran 6-7 sisir naik menjadi Rp50 ribu.
“Para pembeli jarang datang, saya hanya pasrah. Pohon pepaya saya juga terserang penyakit serupa,” ucapnya.
Penanganan penyakit darah
Selain Kabupaten Sikka, penyakit layu bakteri atau darah pisang juga menyerang tanaman pisang di Kabupaten Manggarai hingga Ende di barat Pulau Flores.
Data Dinas Pertanian Kabupaten Sikka menunjukkan, hingga April 2024 penyakit ini sudah merebak di 10 kecamatan. Luas serangan mencapai 25,62 ha [1,9%] dari total lahan sebesar 1.348,63 ha.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka Yohanes Emil Satriawan, mengatakan petugasnya berupaya melakukan pengendalian dan pemusnahan hama dengan cara membakar daun.
Penyakit ini disebabkan bakteri Ralstonia solanacearum ras 2. Gejalanya, 1-3 helai daun tampak hijau kekuningan, layu, dan tangkainya patah. Buahnya tetap hijau tetapi kalau dipotong melintang membusuk dan penuh lendir.
“Kami melarang petani untuk menanam bibit dari wilayah yang terserang penyakit,” jelasnya, Senin [27/4/2024].
Inflasi karena pisang
Lambertus Djawan, pedagang pisang antar-pulau mengatakan penyakit ini belum menyerang tanaman pisang di Flores Tmur, Pulau Adonara, Solor, dan Lembata.
“Pedagang eceran di Flores ingin pisang mereka dibeli dengan harga tingi, meski saat ini penyakit darah menyebar,” ungkapnya.
Anjloknya produksi pisang berdampak terhadap inflasi di NTT. Bank Indonesia [BI] perwakilan NTT mengungkap penyumbang utama inflasi wilayah ini pada Maret 2024 adalah pisang.
Sebelumnya, Kamis [4/4/2024], Kepala Bank Indonesia NTT Agus Sistyo Widjajati, dikutip dari detikom, mengungkapkan hal itu terjadi karena banyaknya tanaman pisang yang terserang hama dan penyakit penyakit darah.
“Kondisi ini mengakibatkan 70 persen petani di daratan Flores dan Sumba terdampak,” pungkasnya.