Ada Letusan Tambora dalam Sejarah Terciptanya Sepeda

ada-letusan-tambora-dalam-sejarah-terciptanya-sepeda
Ada Letusan Tambora dalam Sejarah Terciptanya Sepeda
service
Share

Share This Post

or copy the link
  • Pada sidang majelis umum tahun 2018, PBB telah menetapkan tanggal 3 Juni sebagai Hari Sepeda Dunia, meski ada berbagai klaim dan kontroversi untuk menentukan kapan sepeda pertama kali tercipta
  • Kini perkembangan teknologi sepeda berkembang pesat, seperti tercipta electric bike yang lebih ramah lingkungan
  • Umumnya sejarah terciptanya sepeda dikaitkan dengan Karl Drais, seorang warga Jerman yang memperkenalkan temuannya yang dinamakan laufmaschine atau mesin lari kepada publik pada 12 Juni 1817
  • Menariknya, kisah temuan Karl Drais itu kerap dikaitkan dengan meletusnya Gunung Tambora di Indonesia pada April 1815. Bagaimana kisah lengkapnya?

Menentukan kapan sepeda pertama kali tercipta tidak semudah mengendarainya. Sebab banyak klaim dan kontroversi di dalamnya. Sampai-sampai ada Konferensi Sejarah Bersepeda Internasional (ICHC) yang digelar tiap tahun, yang dihadiri sejarawan untuk bertukar temuan dan gagasan terkait masalah ini. Pertemuan terakhir mereka digelar di Dresden, Jerman, Mei lalu.

Majelis Umum PBB dalam sidang 2018 telah menetapkan tanggal 3 Juni sebagai Hari Sepeda Dunia. Sepeda dianggap dapat memberi sumbangan tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), dan perdamaian. Selain menyehatkan, bersepeda juga ramah lingkungan. Sebagai moda transportasi, bersepeda tak meninggalkan jejak karbon, mengurangi polusi udara dan suara.

Umumnya sejarah penciptaan sepeda dikaitkan dengan Karl Drais, seorang warga Jerman. Dia memperkenalkan temuannya ke publik pada 12 Juni 1817 di Manheim, Jerman. Sepeda ciptaannya disebut laufmaschine atau mesin lari. Dalam bahasa Perancis disebut velocipede. Nama lainnya adalah draisine, hobby horse, atau dandy horse. Kuda-kudaan kalau di Indonesia.

Cikal bakal sepeda modern itu terbuat dari kayu, dengan roda berjumlah dua, dan tanpa kayuh. Beratnya sekitar 23 kilogram. Ada kemudi dan tempat duduk. Mereka yang menaikinya akan menggunakan dua kakinya sebagai penggerak, seperti halnya push bike yang memiliki penggemar tersendiri di kalangan anak-anak. Draisine menjadi kendaraan pertama manusia yang cara menaikinya harus menjaga keseimbangan.

Baca : Kultur Bersepeda dan Transportasi Era New Normal

Replika sepeda Lauhmaschine yang dibuat oleh Laufrad von Karl Drais pada tahun 1817. Foto : Gruppesepia/wikipedia CC BY-SA 4.0

Inspirasi dari Letusan Tambora

Menariknya, kisah temuan itu kerap dikaitkan dengan meletusnya Gunung Tambora di Indonesia pada April 1815. Letusan menyebabkan jatuhnya korban jiwa hampir 100 ribu orang, baik akibat letusan langsung saat kejadian maupun setelah kejadian.

Kala itu, asap berisi gas di antaranya belerang dioksida dari kawah Tambora membubung hingga stratosfer dan menyebar ke seluruh dunia. Akibatnya, sinar matahari terhalang dan menyebabkan pendinginan permukaan bumi. Curah hujan secara global menurun dan pola iklim berubah. Sejarawan menyebut 1816 sebagai tahun tanpa musim panas.

Gagal panen jagung dan gandum melanda Eropa hingga Amerika. Kelaparan merajalela dan penyakit merebak. Kuda penarik kereta kehabisan stok makanan, kurus, sakit, lalu mati. Sebagian lainnya terpaksa dibunuh untuk menghindari penderitaan yang lebih lama. Ketiadaan kereta kuda memaksa orang mencari solusi menemukan kendaraan pengganti sebagai pendukung mobilitas. Karl Drais yang jenius menemukan solusi dengan kuda-kudaannya itu.

Dengan sepeda ciptaannya, jarak sekitar kurang dari 16 km, bisa ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam. Sebuah terobosan besar untuk transportasi tanpa kuda. Gara-gara itu, sepeda ciptaannya pun menjadi populer.

Agar tetap bisa berjalan seimbang, sepeda membutuhkan jalan yang rata. Pengendara draisine akhirnya memilih trotoar sebagai jalur bersepeda. Akibatnya, sepeda ciptaannya sempat dilarang karena dianggap berbahaya bagi pejalan kaki.

Baca juga : Lalui Puluhan Ribu Kilometer, Kakek Ini Bersepeda Keliling Indonesia buat Kampanye Pelestarian Lingkungan

Sepeda draisine atau Laufmaschine (mesin berjalan) yang pertama kali dibuat Baron Karl von Drais dari Jerman di Mannheim pada tahun 1817. Draisine ini dibuat dari kayu pohon ceri dan kayu lunak dan dipajang di Museum Kurpfälzisches di Heidelberg, Jerman. Foto : wikipedia commons /public domain

Sejarah Sepeda

Pada 1493, masih sebelum era Karl Drais, Leonardo da Vinci diklaim pernah membuat sketsa sepeda. Sketsa sepeda yang kontroversial itu bahkan menampilkan pedal, roda gigi dan tali atau rantai. Gambar tersebut muncul pada 1974 dan menjadi perbincangan banyak orang. Namun pemeriksaan lanjutan yang dilakukan para ahli menyebut bahwa sketsa itu palsu.

Temuan yang barangkali paling ikonik dari sejarah sepeda adalah sepeda tinggi dengan roda depan sangat besar sementara roda belakang kecil. Namanya penny farthing. Awalnya Penemu yang diakui adalah seorang insinyur Inggris bernama James Starley pada 1871. Namun, ICHC kemudian mengoreksi dan menetapkan Eugene Meyer dari Perancis sebagai penemunya pada 1869.

Sepeda itu disebut demikian karena penny adalah koin dengan nilai tukar besar sedangkan farthing lebih kecil. Rupanya nama ini ternyata muncul belakangan. Nama awal yang disematkan adalah bicycles, yang kemudian menjadi nama generik untuk kendaraan roda dua tenaga manusia hingga sekarang.

Penny farthy memiliki roda depan berdiameter sekitar 1,5 meter, sedangkan roda belakang sekitar 35 centimeter. Penempatan roda besar di depan memberi keuntungan sekaligus kerugian. Disain sepeda ini berhasil mengurangi goncangan yang dihasikan dari disain sepeda sebelumnya. Namun, saat berhenti mendadak karena menabrak tembok atau terantuk batu pengendara bisa dengan mudah terjungkal.

Selanjutnya pada 1890 sepeda kembali ke desain awal dengan dua roda yang sama besar. Sejumlah temuan baru telah disematkan demi kenyamanan dan keselamatan berkendara memakai sepeda. Di antaranya bantalan bola, rantai, gigi roda, ban dari karet, juga rem.

Catatan lainnya dari sejarah sepeda adalah kendaraan ini telah mendorong para perempuan untuk bisa pergi lebih jauh. Di Eropa perempuan mulai melepas korset dan menanggalkan gaya berpakaian victoria. Mereka memilih berpakaian yang bisa membuat lebih bebas bergerak termasuk untuk bersepeda.

Baca juga : Jokowi dan Diplomasi Sepeda Bambu

Seseorang sedang mencoba sepeda Penny Farthing. Foto : Alistair Paterson /flickr CC BY 2.0

Sepeda Terkini

Dengan berkembangnya teknologi dan makin meningkatnya kesadaran akan lingkungan, E-bike atau electric bike mulai diperkenalkan. Sistem berbagi sepeda (bike sharing) juga semakin populer.

E-bike memungkinkan pengendara untuk memilih mengayuh sepedanya atau menjalankannya dengan motor listrik. Sementara bike sharing, memudahkan seseorang pergi ke mana saja dengan sepeda tanpa perlu repot memikirkan tempat parkir dan perawatan.

Cukup menggunakan smartphone yang tersambung ke internet, datang ke tempat parkir sepeda, membuka kunci, sepedapun langsung bisa digunakan. Di China pengguna jasa ini telah mencapai 276 juta orang (2019) atau nyaris sama dengan jumlah penduduk Indonesia. (***)

https://www.statista.com/statistics/1048220/china-users-of-bike-sharing-service/

https://www.statista.com/statistics/1048220/china-users-of-bike-sharing-service/

Suarakan Lingkungan Lestari, Dua Pemuda Bersepeda Keliling Sumatera

https://www.statista.com/statistics/1048220/china-users-of-bike-sharing-service/

0
mutlu
Happy
0
_zg_n
Sad
0
sinirli
Annoyed
0
_a_rm_
Surprised
0
vir_sl_
Infected
Ada Letusan Tambora dalam Sejarah Terciptanya Sepeda

Tamamen Ücretsiz Olarak Bültenimize Abone Olabilirsin

Yeni haberlerden haberdar olmak için fırsatı kaçırma ve ücretsiz e-posta aboneliğini hemen başlat.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Login

To enjoy Foxiz.my.id privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Bizi Takip Edin