- Spalgis epius merupakan kupu-kupu dalam suku Lycaenidae, anak suku Miletinae. Nama umum yang diberikan pada anggota marga Spalgis ini adalah kera terbang.
- Nama kera terbang diberikan dari penampakan wujud pupa [kepompong], yang menyerupai wajah kera.
- Umumnya, larva kupu-kupu memakan tumbuhan. Namun, larva yang termasuk anak suku Miletinae justru sebagian besar memakan Hemiptera seperti kutu daun, coccids, dan sejenisnya. Perilaku ini merupakan proses alami yang bermanfaat bagi petani, karena membantu mengurangi hama pertanian.
- Larva kupu-kupu kera terbang memiliki perilaku kanibal, yaitu memakan sesama larva. Larva yang lebih besar memakan larva lebih kecil atau yang dalam keadaan rentan ketika ada kesempatan, atau saat sumber pakan terbatas.
Spalgis epius merupakan kupu-kupu dalam suku Lycaenidae, anak suku Miletinae. Nama umum yang diberikan pada anggota marga Spalgis ini adalah kera terbang [Inggris: apeflies]. Nama yang diberikan dari penampakan wujud pupa [kepompong], yang menyerupai wajah kera.
Spesies ini berukuran kecil [10-13 mm, Kupunesia] dengan sisi sayap atas cokelat kusam. Sementara sisi sayap bawahnya keabu-abuan dengan spot putih pada ujung sel. Warna matanya kuning kehijauan dan tiga pasang tungkainya cokelat kemerahan dengan strip putih.
Pada tahap dewasa, ukuran betina lebih besar dari jantan, seperti kebanyakan kupu-kupu. Spesies ini menyukai tempat-tempat teduh sebagai habitatnya.
Anak suku Miletinae biasa disebut juga pemanen/harvesters yang mempunyai keunikan pada fase larva [ulat]. Larva merupakan fase kehidupan kupu-kupu. Sebagai kelompok serangga holometabola atau yang mengalami metamorfosis lengkap, kupu-kupu mengalami empat fase kehidupan yaitu: telur – larva [ulat] – pupa [kepompong] – imago [dewasa yang kita kenal sebagai kupu-kupu].
Pada fase larva, kegiatan utamanya adalah makan. Larva mengalami 4-5 kali molting atau berganti kulit ketika ukurannya tidak cukup lagi di dalam kulit [exoskeleton] yang membungkusnya, yang setiap tahap dikenal sebagai instar.
Umumnya, larva kupu-kupu memakan tumbuhan. Namun, larva yang termasuk anak suku Miletinae justru sebagian besar memakan Hemiptera seperti kutu daun, coccids, dan sejenisnya. Perilaku ini merupakan proses alami yang bermanfaat bagi petani, karena membantu mengurangi hama pertanian.
Sejumlah spesies Miletinae juga diketahui hidup bersama dengan semut. Kondisi ini, tidak memberi keuntungan pada semut, justru semut menjaga larva. Keuntungannya adalah semut memperoleh embun madu manis yang dihasilkan oleh kutu-kutu daun, namun di sisi lain larva Miletinae tumbuh besar dengan memakan kutu-kutu tersebut.
Proses unik kupu-kupu kera terbang
Proses kehidupan kupu-kupu Spalgis epius menarik dicermati. Pengamatan dilakukan pada habitatnya di Desa Karangtengah, Prigen, Jawa Timur, yang terletak di ketinggian 384 m dpl. Wilayah ini adalah area pemakaman umum seluas 10×20 m2 yang berada di tengah area persawahan.
Di sekelilingnya terdapat dua pohon Ficus besar dan beberapa jenis tanaman seperti jambu air, buni, serut, puring, jarak, dan beberapa tumbuhan rimpang, semak, perdu serta rerumputan.
Perilaku umum kupu-kupu yang diamati adalah ketika terbang, berjemur, kawin, dan bertelur. Pengamatan pada beberapa tumbuhan puring yang sengaja ditanam di sekitar area juga dilakukan, terutama pada larva Spalgis epius.
Perilaku kanibal kupu-kupu kera terbang
Pemeliharaan dengan mengambil sampel pada sehelai daun puring berisi segerombol kutu daun dan 3 individu larva [1 individu larva instar akhir dan 2 individu larva instar ke-2] dilakukan dengan cara meletakkannya dalam kotak plastik transparan ukuran 15x10x5 cm. Juga, digunakan alas tisu kering [sebagai penampung kotoran dan menjaga kelembaban] dan ranting kayu [untuk meletakkan daun inang kutu].
Wadah pemeliharaan tersebut diletakkan dalam ruangan dengan suhu kamar. Secara rutin, wadah dibersihkan setiap pagi dan sore, sambil dilakukan pengamatan, pengukuran, dan pengambilan foto.
Hari pertama pemeliharaan [23 Februari 2024], satu diantara larva instar 2 terlihat tubuhnya membungkuk dan bergerak naik turun, tetapi posisinya tidak bergeser. Lrva ini sedang dalam proses molting.
Beberapa waktu kemudian, larva instar akhir sambil memakan kutu bergerak mendekati larva instar 2 yang sedang molting. Kemudian posisi larva instar akhir menempel tepat di belakang larva instar 2 yang selanjutnya memakan larva instar 2 itu.
Kondisi molting membuat tubuh larva lemah, sehingga tidak memungkinkannya menghindar. Larva instar akhir terus memakan hingga adik instarnya habis.
Hari kedua [24 Februari 2024] tersisa dua larva (larva instar akhir dan seekor larva instar 2], dengan kejadian dimulai saat kedua larva pada posisi berjauhan.
Seperti kasus hari pertama, larva instar akhir yang rakus terus makan kutu sambil bergerak ke arah larva instar 2, hingga keduanya bertemu. Larva instar 2 yang terdesak, berusaha menjauh, namun usaha ini terhenti karena larva instar akhir berhasil menggigitnya. Selanjutnya, memakan larva instar 2 sedikit demi sedikit, hingga habis.
Pemeliharaan larva instar akhir
Hari ketiga [25 Februari 2024], tersisa larva instar akhir sang pemangsa adik instarnya. Larva sepanjang 6,5 mm terlihat mengambil posisi untuk pupasi [proses larva menjadi pupa]. Pupasi berlangsung 2 hari, selama itu larva tak pindah ke manapun dan hanya terlihat sesekali menggerakkan tubuhnya.
Pada 27 Februari 2024, proses pupasi selesai dan wujud baru telah terbentuk. Pupa berbentuk wajah kera sepanjang 4 mm dan lebar 3 mm. Individu ini berada dalam fase pupa selama 9 hari. Tanggal 7 Maret 2024, imago atau bentuk dewasa kupu-kupu Spalgis epius muncul dari selubung pupa.
Perilaku kanibal pada larva kupu-kupu kera terbang ini, pertama kali dilaporkan. Namun, menurut seorang penangkar ngengat dan kupu-kupu dari Florida, David Fine, kanibalisme terjadi pada beberapa spesies dari suku Lycaenidae ketika sumber pakan protein terbatas.
Larva yang lebih besar memakan larva lebih kecil atau yang dalam keadaan rentan ketika ada kesempatan, atau saat sumber pakan terbatas. Larva spesies kanibal harus ditempatkan dalam wadah terpisah.
Tidak hanya larva dari spesies entomofaga yang perlu diperhatikan, larva spesies kupu-kupu lain yang bersifat herbivora atau pemakan daun tumbuhan inang, ternyata cukup banyak yang dilaporkan memakan telur atau larva lainnya, dalam keadaan rentan.
Larva Danaus chrysippus yang ditempatkan berdesakan pada suatu wadah kurang pakan menunjukkan perilaku kanibal. Demikian juga larva Heliconius dan Acraea terpsicore. Larva Elymnias hypermnestra seperti halnya juga Danaus chrysippus, Danaus plexippus, Danaus gilippus, dan Euploea core dilaporkan memakan telur.
Pada kebanyakan spesies kupu-kupu, larva yang baru menetas dari telur akan memakan cangkangnya dan berhenti setelah ada rangsangan kemotaksis dari cangkang tersebut. Hal ini membuat larva memulai perilaku naluriahnya memakan daun, sehingga kanibalisme telur jarang terjadi pada kupu-kupu.
Namun, pada spesies tertentu, kemungkinan kebutuhan asam amino membuat larva mencari sumber-sumber yang dapat diaksesnya. Termasuk, telur dan adik instarnya.
* Y. A. Soenarko, Kupunesia, Malang, Jawa Timur.
** D. Peggie, Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional [BRIN].
Referensi:
Brower, L.P. 1961. Experimental analyses of egg cannibalism in the Monarch and Queen Butterflies, Danaus plexippus and D. gilippus berenice. Physiological Zoology 34(4): 287–296. https://doi.org/10.1086/physzool.34.4.30161207.
Dixon, C.A., Erickson, J.M., Kellett, D.N. & Rothschild, M. 1978. Some adaptations between Danaus plexippus and its food plant, with notes on Danaus chrysippus and Euploea core (Insecta: Lepidoptera). Journal of Zoology 185(4): 437–467. https://doi.org/10.1111/j.1469-7998.1978.tb03344.x
James, D.G. 2017. The Book of Caterpillars: A Life-Size Guide to Six Hundred Species from around the World. The University of Chicago Press Books.
Merrill, R.M., Naisbit, R.E., Mallet, J. & Jiggins, C.D. 2013. Ecological and genetic factors influencing the transition between host-use strategies in sympatric Heliconius butterflies. Journal of Evolutionary Biology 26(9): 1959–1967. https://doi.org/10.1111/jeb.12194.
Nakahara, T., Horita, J., Booton, R.D. & Yamaguchi, R. 2020. Extra molting, cannibalism and pupal diapause under unfavorable growth conditions in Atrophaneura alcinous (Lepidoptera: Papilionidae). Entomological Science 23(1): 57–65. https://doi.org/10.1111/ens.12399
Theivaprakasham, H. 2021. Cannibalistic behavior in an early instar larva of Common Crow butterfly. Zoo’s Print Journal. Newsletter of the Invertebrate Conservation & Information Network of South Asia (ICINSA) (10):33–37. ISSN 2230-705236
Laman Funet.fi: https://www.nic.funet.fi/pub/sci/bio/life/insecta/lepidoptera/ditrysia/papilionoidea/lycaenidae/miletinae/spalgis/#epius
Laman Bali Wildlife https://baliwildlife.com/id/ensiklopedia/hewan/serangga/kupu-kupu/the-apefly/
Laman National geographic https://www.nationalgeographic.com/animals/article/cannibalism-common-leopards-fish-invertebrates
Laman www.keysmoths.com David Fine. Exploring Moths of the Florida Keys. Youtube video: Cannibal caterpillars baby butterflies eating each other. 2021.
@DrRajuKasambe. Birds, Butterflies, Nature. youtube video: Cannibalism in Tawny Coster butterfly caterpillars.