- Seekor harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatrae) terekam kamera pengawas (CCTV) masuk perkarangan masjid di Jorong Lubuk Selasih, Nagari Batang Barus, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Jumat, (31/5/2024) kemarin
- Wali Nagari Batang Barus, Syamaul Azward mengatakan wilayah masjid itu dulunya memang termasuk salah satu jalur perlintasan harimau Sumatera. Masyarakat Batang Barus sudah terbiasa dengan munculnya harimau di kawasan pinggir hutan.
- Untuk mengantisipasi terjadinya konflik, warga setempat bersama tim BKSDA Sumatera Barat menghalau harimau dengan suara letusan meriam hampa agar harimau kembali masuk ke dalam hutan.
- BKSDA Sumbar mengatakan penyebab harimau keluar habitat karena terganggu aktifitas masyarakat penangkap burung yang masuk ke dalam hutan.
Satu individu Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) terekam kamera pengawas (CCTV) masuk perkarangan masjid di Jorong Lubuk Selasih, Nagari Batang Barus, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, pada Jumat (31/5/2024) lalu. Dari rekaman video CCTV yang beredar terlihat harimau masuk dari bagian belakang masjid dan berjalan mengitari parkiran belakang masjid.
Setelah berjalan-jalan sekitar tiga menit, harimau ini kemudian pergi dan menghilang ke arah semak belukar yang berada di belakang masjid. BKSDA Sumatera Barat memperkirakan harimau itu berumur dua tahun berdasarkan ukuran jejak kaki yang berdiameter enam sentimeter.
Untuk mengantisipasi terjadinya konflik, warga setempat bersama tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera barat menghalau harimau dengan suara letusan meriam hampa agar masuk kembali ke dalam hutan.
Wali Nagari Batang Barus, Syamaul Azward saat dihubungi Mongabay, Minggu (2/6) mengatakan masjid yang dibangun itu dulunya memang termasuk salah satu jalur perlintasan harimau Sumatera. Masyarakat Batang Barus, sebutnya, sudah terbiasa dengan kemunculan harimau di kawasan pinggir hutan, karena kawasan Nagari Batang Barus dikelilingi hutan yang masuk kawasan suaka margasatwa dan cagar alam Bukit Barisan.
“Sebelumnya di tahun 2023, harimau juga terekam di hutan belakang masjid di sini. Bagi warga jika bertemu harimau tidak disakiti atau dibunuh melainkan hanya dihalau atau diusir,” sebutnya.
Pada tahun 2022, lanjutnya, warga setempat juga pernah melihat dari rekaman kamera jebak dua ekor harimau Sumatera dewasa bersama seekor anaknya berjalan di hutan belakang masjid. Diperkirakan anak harimau yang terekam pada 2022 ini yang masuk ke halaman masjid yang lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan hutan Bukit Barisan pada Jumat kemarin.
Baca : Warga Sijunjung Bertemu Harimau Langsung Ambil Foto, Bagaimana Antisipasi Konflik dengan Si Loreng?
Mitigasi Konflik
Kepala Tata Usaha (KTU) BKSDA Sumbar, Dian Indriati mengatakan tim di lapangan mendapat laporan pada Jumat sekira pukul 02.00 dini hari mengenai keberadaan harimau Sumatera di masjid itu. Kemudian tim Balai KSDA Sumbar bersama Tim Pagari langsung turun melakukan upaya mitigasi dan mengedukasi masyarakat agar tenang.
Tim melakukan upaya penggiringan satwa ke habitatnya yang berbatasan langsung dengan habitatnya di kawasan hutan agar masyarakat tenang dan tidak terjadi konflik yang memakan korban manusia atau harimau itu.
“Tim berkoordinasi dengan Polsek Gunung Talang, Polres, Bhabinsa dan Pemerintahan Nagari untuk membantu melakukan penggiringan. Hingga tadi malam Tim gabungan masih melakukan penghaluan bersama,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Mongabay.
Dari penelusuran tim di lapangan, lanjutnya, penyebab harimau keluar habitat karena terganggu dengan adanya aktifitas masyarakat atau orang menangkap burung yang masuk ke dalam hutan. “Diperkirakan mereka takut dengan adanya harimau dan membuat bunyi-bunyian dan itu tentunya membuat harimau itu keluar dari habitatnya,” jelas Dian.
Oleh karena itu, BKSDA Sumbar mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat memicu konflik negatif dengan satwa liar.
“Dan ini peringatan kepada siapa saja agar tidak melakukan melukai/membunuh satwa dilindungi karena dapat dikenai sanksi pasal 4 Undang-undang No.5/1990 tentang KSDAE yang dapat dikenai sanksi dipenjara paling lama 5 tahun dan denda Rp.100 juta,” sebutnya.
Baca juga : Hindari Konflik, Harimau Sumatera yang Berkeliaran di Solok Dievakuasi
Habitat Harimau Sumatera
Peneliti satwa dari Universitas Andalas, Wilson Novarino mengatakan lokasi masjid tempat terekamnya harimau Sumatera itu memang berbatasan langsung dengan kawasan konservasi.
“Letak masjid itu berbatasan dengan Suaka Margasatwa (SM) Bukit Barisan. Di bagian belakang Masjid arah ke bawah merupakan Terusan Harau Hilir, kiri kanan itu merupakan kawasan konservasi, ada SM Bukit Barisan. Di sebelah kanan ada Harau hilir,” jelasnya saat dihubungi Mongabay, Senin (3/6).
Wilson menyebut kawasan hutan itu memang merupakan habitat harimau Sumatera. Selain itu kawasan ini juga dekat Nagari Gantung Ciri, Kabupaten Solok, kawasan yang pada tahun 2022 terjadi interaksi negatif Harimau Sumatera.
“Daerah itu juga dalam radius yang masuk dalam daerah jelajah harimau di Nagari Gantung Ciri. Sehingga daerah iyu sangat mungkin untuk menjadi habitat harimau Sumatera, dan lokasi itu bisa saja menjadi daerah perlintasan antara harimau yang ada di terusan Harau dan SM Bukit Barisan,” ungkapnya.
Wilson juga menyebut keberadaan masjid di kawasan itu relatif baru, sehingga bisa saja sebelumnya harimau sudah bermain dikawasan itu.
“Dahulu orang biasa istirahat di masjid yang berada dekat Pom Bensin, Lubuk Selasih. Sekarang ditambah lagi masjid daerah ini. Kalau kita lihat di daerah ini ada beberapa bukaan disepanjang pinggir jalan. Tentu itu mempengaruhi kalau dulunya itu habitat harimau karena ini dulunya daerah perlintasan mereka,” ungkapnya.
Baca juga : Bila Bertemu Harimau Sumatera, Apa yang Harus Kita Lakukan?
Antisipasi Bertemu Harimau
Untuk menghindari interaksi negatif dengan manusia, sebutnya, sebaiknya masyarakat sekitar menghindari beraktivitas di areal hutan atau berkegiatan pada saat masa aktifitas harimau Sumatera. Jam-jam harimau beraktivitas bisa kapan saja seperti, malam hari, pagi, subuh maupun siang, walaupun di banyak penelitian mereka lebih aktif menjelang pagi dan menjelang malam.
“Hasil kamera trap kita (harimau) beraktifitas malam, pagi dan sore,” imbuhnya.
Terkait upaya pencegahan konflik, kedepannya akan lebih baik jika disekeliling masjid diberi pagar. “Untuk Masjid itu lokasi harimau datang dari belakang, kedepannya akan lebih baik diberi pagar, ini juga berlaku untuk rumah-rumah dan fasilitas yang ada disekitar sana, dengan demikian saat harimau hendak mendekati kawasan ini, ada pagar mereka mengarah kembali ke jalur alternatif yang tidak didiami manusia,” sebutnya.
Wilson menilai tindakan yang dilakukan BKSDA Sumbar memitigasi kemunculan harimau itu sudah sesuai posedur yang ada.
“Jika ada harimau memasuki kawasan, hal pertama yang mesti dilakukan mengusir kembali ke dalama kawasan dengan bunyi-bunyian atau segala macam, kemudian mensosialisasikan kepada masyarakat, memasang perangkat kamera untuk memastikan harimau kembali apa tidak. Jika tidak kembali sesuai waktu yang ditentukan itu berarti harimau sudah kembali ke habitatnya. Tetapi kalau masih ada, mereka akan mengusir kembali. Dan jika terjadi ekskalasi mereka berhak melakukan antisipasi yang diperlukan apakah memasang kandang jebak dan sebagainya,” pungkasnya. (***)