Selular.ID – Amazon dan perusahaan telekomunikasi Vrio bekerja sama untuk meluncurkan layanan internet satelit seperti Starlink, untuk Amerika Selatan, menargetkan negara-negara seperti Argentina, Brasil, dan Chili.
Project Kuiper Amazon, yang dipelopori oleh mantan karyawan Starlink, akan mengerahkan 3.236 satelit orbit rendah Bumi untuk menawarkan akses internet yang andal.
Layanan ini bertujuan untuk menjangkau sekitar 200 juta orang di Amerika Selatan yang saat ini memiliki akses internet terbatas atau tidak sama sekali.
Menurut perkiraan Bank Dunia. Vrio, yang mengelola DirecTV dan Sky Brasil di Amerika Latin, akan menangani distribusinya.
Dijadwalkan diluncurkan pada pertengahan tahun 2025, dimulai di Argentina, inisiatif ini mewakili tawaran Amazon senilai $10 miliar untuk merebut pangsa pasar dari Starlink milik Elon Musk.
Kemitraan ini dapat memicu lonjakan konektivitas digital di seluruh Amerika Selatan. Dengan potensi pasar yang besar, investor harus mencari peluang di saham telekomunikasi, teknologi broadband, dan sektor infrastruktur terkait yang mungkin mendapat manfaat dari lanskap kompetitif baru ini.
Baca Juga:Starlink Banting Harga Lagi, Berpotensi Terjadi Perang Tarif
Mencapai akses internet universal merupakan tonggak penting bagi konektivitas global. Proyek ini menyoroti tren yang lebih luas dimana raksasa teknologi berinvestasi besar-besaran pada infrastruktur digital, yang bertujuan untuk menjembatani kesenjangan akses internet perkotaan-pedesaan di seluruh dunia.
Starlink di Indonesia
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkapkan bahwa Starlink awalnya ogah membangun perusahaan di Indonesia.
Perusahaan internet berbasis satelit milik Elon Musk itu mulanya hanya mau jualan di Tanah Air.
Falatehan, Ketua Tim Perizinan Telekomunikasi, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (DJPPI) Kominfo mengatakan, Kominfo sudah puluhan kali bertemu dengan pihak Starlink.
Setelah melewati proses negosiasi yang panjang, akhirnya mereka mau mengikuti regulasi yang ada di Indonesia.
“Kami ketemu mereka sudah mungkin puluhan kali, dari mereka tidak mau mempunyai PT, hanya mau melayani Indonesia saja, dengan segala macam cara akhirnya, mereka punya PT, mereka ikut regulasi Indonesia dan sampai mereka terbit izin,” ujar Falatehan dalam acara Selular Business Forum (SBF) di Jakarta, baru-baru ini.
Ia mengatakan aturan yang ada berlaku secara umum. Semua entitas usaha yang mengajukan perizinan bisnis jaringan tetap harus patuh.
Saat ini, Starlink telah mengantongi Izin Penyelenggaraan Telekomunikasi untuk Layanan Jaringan Tetap Tertutup Media VSAT pada 6 Aprll 2024 dan Layanan Akses Internet(ISP) pada 21 April 2024.
“Di perjalanan, akhirnya setelah 3 tahun lebih baru mereka dapat izin. Dapat 2 izin, izin pertama izin dengan VSAT tanggal 6 April dan ISP 21 April,” kata dia.
Dalam perkembangannya, Starlink memang mendirikan perusahaan di Indonesia, namun dianggap tidak menyerap banyak pekerja dan investasi. Saat rapat bersama Komisi VI DPR RI, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia ditanya mengenai investasi Starlink di Indonesia.
“Saya jujur Starlink ini menurut Online Single Submission (OSS), investasinya Rp 30 miliar,” ujar Bahlil saat rapat beberapa waktu lalu.
Baca Juga:Kominfo Ungkap Rahasia Perizinan Starlink, Sempat Tolak Buat PT di Indonesia
Bahlil mengungkap tenaga kerja Starlink di Indonesia yang terdaftar sejumlah 3 orang. Namun, ia tak merinci lebih lanjut terkait detil operasional Starlink. “Saya takut nanti akhirnya melahirkan multi interpretasi,” kata dia.