- Panitia kurban Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur membagikan daging kurban dalam wadah besek beralas daun singkong. Total daging dibungkus dalam 500 besek.
- Wadah besek menyerap air dalam daging. Sedangkan daun singkong mengandung senyawa finolik, sebagai antioksidan alami yang membuat daging awet.
- Beragam jenis wadah alternatif untuk daging kurban. Meliputi anyaman daun nipah di Aceh, anyaman daun Gamutu di Maluku, bronsong, Kreneng, purun di Kalimantan Selatan.
- Plastik tak hanya berdampak bagi lingkungan, tapi juga berbahaya bagi kesehatan. Kandungan kimia dalam plastik cepat menempel daging sehingga bisa masuk ke dalam tubuh manusia. Mikroplastik masuk kedalam sistem pembuluh darah dan Air Susu Ibu (ASI)
Usai salat Iduladha, sejumlah panitia penyembelihan hewan kurban Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur duduk meriung di ruangan bawah masjid AR. Fachruddin. Sejumlah hewan kurban dipotong di pelataran masjid, daging dikumpulkan. Cekatan, mereka menimbang daging dan memasukkan dalam wadah anyaman bambu yang disebut besek, beralaskan daun singkong. Usai dibungkus, daging diikat dengan tali goni yang tersebuat dari serat rami.
“Total disiapkan 500 besek,” kata Ketua Panitia Iduladha UMM, Abdus Salam, Senin (17/6/2024) lalu. Sejak beberapa tahun, katanya, UMM berkomitmen menghindari tas kresek untuk bungkus daging kurban. Sebagai gantinya, digunakan wadah besek yang mudah terurai dan bisa digunakan ulang. Sedangkan plastik, sulit terurai dan mencemari sungai, tanah dan laut.
Selain itu, mereka juga mengajak masyarakat untuk meninggalkan tas kresek yang mengancam lingkungan dan ekosistemnya. Mereka juga mendorong pemerintah Kota Malang menyusun peraturan daerah yang melarang penggunaan wadah plastik sekali pakai. “Kegelisahan kita semua, sampah plastik berserakan dimana-mana,” katanya.
Tak hanya menyebabkan timbulan sampah, kresek juga dinilai tidak aman dan berbahaya untuk bungkus daging. Daging yang dibungkus kresek, katanya, lembab. Sedangkan daging mengandung protein tinggi yang menjadi media pertumbuhan mikroba. Sehingga, mempercepat proses pembusukan.
“Kresek berbahan kimia yang kemungkinan besar mencemari daging. Apalagi kresek yang bukan kategori food grade berbahaya bagi kesehatan,” kata dosen Fakultas Peternakan UMM, Akhis Soleh Ismail.
Besek mudah menyerap kandungan air dalam daging. Sedangkan daun singkong yang menjadi alas, memperpanjang usia daging lantaran mengandung senyawa finolik, yakni kelompok senyawa yang berperan sebagai antioksidan alami pada tumbuhan. “Daun singkong menjadi antioksidan, proses oksidasi daging tertunda. Otomatis, daging lebih awet dan tidak mudah busuk,” katanya.
Baca : Idul Adha Tanpa Plastik untuk Wadah Daging Kurban
Kurban Tanpa Plastik
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menandatangani Surat Edaran Nomor SE.6/MENLHK/PSLB3/PLB.0/6/2024 tentang Pelaksanaan Hari Raya Idul Adha Tanpa Sampah Plastik. Surat Edaran ditandatangani 13 Juni, ditujukan kepada guberur, bupati, walikota. Tujuannya untuk mengurangi dan menangani sampah hari Iduladha. Serta memperkuat peran aktif pemerintah daerah dalam mengurangi timbulan sampah ke tempat pemrosesan akhir (TPA).
Dalam surat edaran tersebut, Siti Nurbaya meminta gubernur, bupati dan walikota mengajak panitia pembagian daging kurban tidak menggunakan kantong plastik. Mengimbau masyarakat membawa wadah sendiri guna ulang atau mengganti dengan daun pisang atau daun jati, dan besek. Pemerintah daerah juga diminta menyediakan sarana dan prasarana pengolahan sampah dan menggerakkan satuan tugas khuusus dalam menangani sampah.
KLHK memperkirakan jumlah konsumsi hewan kurban tahun 2024 sebanyak 1.743.051 ekor, terdiri atas kambing, sapi, domba dan kerbau. Diperkirakan timbulan sampah kantong plastik sebanyak 119 juta lembar. Lantaran masih banyak pihak yang menggunakan kantong plastik sekali pakai untuk penyaluran daging kurban.
Hewan kurban domba sebanyak 350.064 ekor berpotensi menghasilkan sampah plastik sebanyak 5,2 juta lembar, kambing 704.928 ekor menghasilkan 10,5 juta lembar, sapi 669.182 ekor berpotensi menggunakan 100 juta lembar, dan kerbau 18.877 ekor menggunakan kantong plastik 2,8 juta lembar.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya KLHK melaporkan tahun lalu, sebanyak 81 kabupaten/kota yang melaporkan menerapkan usaha mengurangi sampah plastik. Total bisa mencegah timbulan sampah plastik sebanyak 666 ribu lembar atau 2 ton lebih.
Sedangkan sejumlah daerah memiliki beragam jenis wadah alternatif untuk daging kurban. Meliputi anyaman daun nipah di Aceh, anyaman daun Gamutu di Maluku, bronsong, kreneng, purun di Kalimantan Selatan.
Baca juga : Daun Nyangku, Pengganti Plastik Pembungkus Daging Kurban
Penjabat Wali Kota Malang Wahyu Hidayat mengaku telah menerima SE Menteri LHK. Pemerintah menindaklanjuti dengan melakukan solisailisasi mengurangi kantong plastik sekali pakai secara bertahap. “Tak bisa langsung melarang. Plastik lebih praktis. Pemkot Malang mengirimkan surat edaran kepada seluruh panitia Iduladha untuk menggunakan wadah daging alternatif yang ramah lingkungan,” katanya.
Agar pesan semakin masif, katanya, akan diterapkan secara bertahap untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai. Sebagai wadah alternatif, masyarakat bisa memakai berbagai jenis daun untuk membungkus daging kurban.
Donasi Wadah Daging Kurban
Gerakan mengganti kantong plastik sekali pakai juga dilakukan komunitas di Kabupaten Jombang, Jatim. Sanggar Hijau Indonesia di Jombang membuat program donasi wadah guna ulang seperti besek dan wadah plastik jenis thinwall yang tak terpakai. Program donasi wadah daging kurban bertema Eco Qurban dibuka mulai 6-13 Juni 2024. Terkumpul sebanyak 692 wadah.
“Donasi wadah daging kurban memasuki tahun ketiga,” kata Direktur Sanggar Hijau Indonesia Shanti Ramadhani saat dihubungi Mongabay Indonesia pekan lalu.
Disediakan tempat pengumpulan di kantor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang dan Pondok Pesantren Al Hikam, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Wadah yang terkumpul bakal disalurkan ke tiga masjid. Sanggar Hijau Indonesia berkolaborasi dengan Gusdurian, Himpunan Pegiat Adiwiyata Indonesia, Forum Masyarakat Madani, Komunitas Baca Jombang dan Dinas Lingkungan Hidup.
Shanti berharap program serupa bisa direplikasi dan diadopsi oleh panitia kurban di daerah lain. Mereka juga mengkampanyekan berkurban tanpa kresek di media sosial. Program Eco Qurban didasari atas fenomena sampah kresek bekas bungkus daging kurban menumpuk di TPA. “Sampah plastik sulit terurai. Juga berdampak buruk bagi kesehatan. Bahkan, BPOM menyatakan kresek terutama yang hitam tidak layak untuk bungkus makanan,” katanya.
Sanggar Hijau Indonesia memulai program ini enam tahun lalu di kelompok basis dampingannya di Kaliwungu, Kecamatan Jombang. Awalnya, daging dibungkus daun pisang. Secara pelan-pelan mereka berhasil mengganti kantong kresek.
Kemudian diterapkan program donasi wadah daging kurban. Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) turut membantu menyediakan besek, yang dibagikan di masjid terdekat. Awal 500 wadah, bahkan pernah tembus 3.000-an. Sebagian berdonasi uang sebesar Rp12 ribu dibelikan lima besek. Program ini selain menghentikan penggunaan kantong kresek juga turut membantu perajin besek dan menggerakkan ekonominya, lantaran besek mulai ditinggalkan.
Sedangkan plastik guna ulang sejak dua tahun lalu. Ternyata, warga banyak yang menyimpan di rumah. Sesuai kode dalam wadah plastik, katanya, wadah bisa guna ulang dan food grade. Seorang menyumbang 10-50 wadah.
Sekarang kelompok dampingannya mandiri, dan memanfatkan kembali wadah periode berikutnya. Besek dibersihkan dan disimpan. Tutup besek diberi stiker berisi edukasi, agar membersihkan wadah menggunakan kembali untuk wadah bumbu. “Segera dicuci dan dikeringkan agar tak timbul jamur,” ujarnya.
Baca juga : Tas Daun Pandan, Wadah Ramah Lingkungan untuk Daging Kurban
Sepi Gerakan Tanpa Plastik
Koordinator Komunitas Nol Sampah Hermawan Some menilai SE Menteri LHK tak menyebar ke masyarakat. Pria yang akrab disapa Wawan Some ini mengecek di sejumlah daerah di Jawa Timur, tak banyak pemerintah kota/kabupaten yang menindaklanjutinya. Sehingga gerakan Iduladha tanpa plastik sepi. “Pesan tak sampai di bawah. Tahun ini tidak banyak pemerintah yang menyebarkan pesan Iduladha tanpa plastik,” ujarnya.
Beruntung, sejumlah komunitas, sekolah dan kampung bergerak secara sporadis. Wawan menyebut warga Kelurahan Kebraon, Kecamatan Karang Pilang, Kota Surabaya sejak beberapa tahun terakhir mengganti kresek dengan wadah plastik duna ulang. “Warga Turen Kabupaten Malang memakai besek,” ujarnya.
Tak hanya berbahaya bagi lingkungan, plastik mengandung bahan kimia yang menempel di daging. Kandungan kimia dalam plastik cepat menempel saat daging berlemak dan panas. Sehingga bisa masuk ke dalam tubuh manusia. Mikroplastik masuk kedalam sistem pembuluh darah dan Air Susu Ibu (ASI). “Plastik berdampak buruk dan berbahaya bagi kesehatan manusia,” ujarnya.
Seharusnya, katanya, larangan kantong plastik sekali pakai tak hanya karena timbulan sampah plastik tapi juga memikirkan dampak terhadap kesehatan atas kandungan kimia plastik. Plastik, katanya, membahayakan penerima daging kurban. Terutama warga miskin yang susah mengantisipasi dampak kesehatan.
Sedangkan sesuai kearifan lokal di Jawa Timur selain besek, juga menggunakan bungkus daun jati dan daun waru. Sejumlah daerah membuat wadah dari anyaman bambu. “Plastik praktis. Tapi berbahaya bagi kesehatan,” ujarnya.
SE tak cukup efektif diikuti pemerintah daerah. Wawan mengusulkan agar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan Surat Keputusan (SK). Sehingga menjadi rujukan pemerintah daerah untuk diterapkan di daerahnya. Bupati/Wali Kota bisa membuat peraturan atau SK tentang Iduladha tanpa plastik.
Wawan mendampingi Kabupaten Jombang, hingga Bupati Jombang mengeluarkan peraturan bupati untuk pembatasan penggunaan plastik sekali pakai. Tidak hanya larangan kantong kresek di toko, tapi juga mengatur kegiatan keagamaan seperti Iduladha. (***)
Banyak Manfaat, Saatnya Gunakan Kembali Daun Sebagai Pembungkus Daging Kurban