Selular.ID – Oona Indonesia, perusahaan asuransi digital terkemuka, meluncurkan produk Asuransi Penyakit Kritis pertamanya.
Peluncuran produk ini menandai masuknya Oona Indonesia ke pasar asuransi kesehatan ritel di Indonesia.
Dirancang untuk menyederhanakan kerumitan yang selama ini dikaitkan dengan asuransi kesehatan, Asuransi Penyakit Kritis Oona dapat dengan mudah dibeli secara online atau melalui agen asuransi Oona.
Baca juga: Oona Insurance Kenalkan Platform Digital MyOONA.id
Perlindungan dari produk ini mencakup penyakit kanker (semua stadium), stroke, dan serangan jantung yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia.
Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia, penyakit tidak menular (PTM) menjadi 70% penyebab kematian dan merupakan sumber beban pembiayaan kesehatan terbesar di Indonesia.
Kasus serangan jantung, stroke, dan kanker juga meningkat dalam 10 tahun terakhir, bahkan di kalangan anak muda.
“Melalui inovasi digital, kami membuat asuransi lebih mudah diakses dan efisien. Dengan berfokus pada tiga penyebab utama kematian di Indonesia dan memungkinkan pelanggan membeli produk secara online atau melalui agen asuransi, kami memberikan perlindungan esensial yang memenuhi kebutuhan pelanggan tanpa kerumitan yang tidak diperlukan,” ujar Abhishek Bhatia, Founder dan Group CEO Oona Insurance.
Asuransi Penyakit Kritis menawarkan perlindungan untuk ketiga penyakit kritis sekaligus, serta perlindungan terpisah untuk masing-masing penyakit mulai dari Rp5.500 per bulan.
Dengan proses yang terdigitalisasi, pelanggan dapat dengan mudah mengakses situs web MyOONA.id untuk membeli asuransi ini.
Terakhir, pelanggan juga dapat memilih metode pembayaran yang diinginkan, termasuk cicilan kartu kredit dengan bunga 0%, dari berbagai bank yang tersedia.
“Dukungan finansial ini memungkinkan mereka untuk fokus pada hal yang benar-benar penting: perawatan dan pemulihan mereka,” kata Vincent C.Soegianto, Presiden Direktur & CEO Oona Indonesia.
Data dari BPJS Kesehatan juga menyatakan bahwa beban finansial penyakit katastropik mencapai Rp34.769 triliun (US$2.110 miliar) tahun lalu, meningkat dari Rp24,05 triliun ($1,5 miliar) pada tahun 2022.
Selain itu, biaya perawatan kesehatan di Indonesia diprediksi akan meningkat sebesar 13,6%, melebihi inflasi Indonesia pada tahun 2022 sebesar 5,5%.