Mabuk Kecubung, Efek Berbahaya Tumbuhan Herbal yang Disalahgunakan

mabuk-kecubung,-efek-berbahaya-tumbuhan-herbal-yang-disalahgunakan
Mabuk Kecubung, Efek Berbahaya Tumbuhan Herbal yang Disalahgunakan
service
Share

Share This Post

or copy the link
  • Kecubung merupakan tumbuhan semak yang dapat dengan mudah tumbuh dan juga ditemui di banyak daerah di Indonesia. Bahkan, di beberapa tempat kecubung difungsikan sebagai tanaman hias, karena memiliki warna bunga yang indah dan menarik untuk dipandang.
  • Tumbuhan ini bisa ditemui di halaman rumah, taman, atau bahkan di pinggir jalan. Kecubung memiliki ciri khas, yaitu buahnya bulat kecil berduri dan bunganya yang indah berwarna putih atau ungu menjuntai ke bawah, mirip terompet.
  • Dibalik keindahannya, kecubung memiliki ancaman yang sangat mengerikan jika manusia menyalahgunakannya. Terlebih, jika digunakan sebagai zat adiktif atau psikotropika, yaitu zat kimia atau obat-obatan yang dapat mengubah fungsi otak, persepsi, suasana hati, kesadaran, pikiran, emosi, dan perilaku seseorang.
  • Ketika dikonsumsi manusia, kecubung memberi dampak halusinasi, kecanduan, dehidrasi, demam, sakit kepala, sakit perut, diare, muntah, kesulitan berbicara, mengalami gangguan penglihatan, hingga takikardia yaitu ketika denyut jantung lebih dari 100 kali per menit. Kondisi jantung berdebar ini dapat meningkatkan risiko seseorang terkena serangan jantung, stroke, bahkan kematian.

Sebanyak 44 orang dilarikan ke Rumah Sakit Jiwa [RSJ] Sambang Lihum, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, akibat mabuk kecubung. Dari jumlah tersebut, dua orang meninggal dunia, seorang laki-laki dan perempuan. Sementara, sembilan pasien menjalani rawat jalan, dan sisanya harus dirawat inap karena kondisi halunisasi yang hebat.

“Kondisi mereka berbeda-beda, ada yang tak sadarkan diri, ada yang sadar namun meracau, sehingga dokter memberikan obat penenang,” kata Budi Harmanto, Kepala Seksi Humas dan Informasi RSJ Sambang Lihum, dikutip dari detikcom, Kamis [11/7/2024].

Kabid Humas Polda Kalimantan Selatan Kombes Pol Adam Erwindi, dalam pernyataan resmi di situs Humas Polri, Minggu [14/7/2024] menyampaikan sejumlah langkah penting terhadap kejadian tersebut.

Berdasarkan pendataan di Rumah Sakit Sambang Lihum, diketahui sebanyak 47 orang yang mengalami gejala mabuk kecubung, dengan korban jiwa dua orang meninggal dunia.

Direktorat Resnarkoba Polda Kalimantan Selatan juga menangkap M [47], pengedar obat berwarna putih tanpa merek yang diduga dikonsumsi para korban. Dari tangan tersangka diamankan 20 ribu butir butir obat.

“Langkah-langkah tersebut diambil untuk mengatasi, mencegah dan melindungi masyarakat dari bahaya mengonsumsi obat-obatan tanpa izin dan kontrol yang tepat,” jelas Adam.

Buah kecubung yang disebut juga apel berduri ini memiliki efek berbahaya bila disalahgunakan. Foto: Pixabay/hansbenn/Free to use

Bagaimana kecubung bisa menyebabkan kematian?

Kecubung merupakan tumbuhan semak yang dapat dengan mudah tumbuh dan juga ditemui di banyak daerah di Indonesia. Bahkan, di beberapa tempat kecubung difungsikan sebagai tanaman hias, karena memiliki warna bunga yang indah dan menarik untuk dipandang.

Tumbuhan ini bisa ditemui di halaman rumah, taman, atau bahkan di pinggir jalan. Kecubung memiliki ciri khas, yaitu buahnya bulat kecil berduri dan bunganya yang indah berwarna putih atau ungu menjuntai ke bawah, mirip terompet.

Namun di balik keindahannya, kecubung memiliki ancaman yang sangat mengerikan jika manusia menyalahgunakannya. Terlebih, jika digunakan sebagai zat adiktif atau psikotropika, yaitu zat kimia atau obat-obatan yang dapat mengubah fungsi otak, persepsi, suasana hati, kesadaran, pikiran, emosi, dan perilaku seseorang.

Di Amerika Serikat, tanaman ini disebut devil’s trumpet atau bunga terompet setan karena  memiliki efek racun. Keindahannya disebut sebagai jebakan, karena memiliki risiko kesehatan serius jika termakan. Gejalanya, akan membuat kita muntah dan diare, pusing atau sakit kepala, hingga sulit bernapas.

Dikutip dari alodokter, kecubung mengandung alkaloid tropana, seperti atropin, skopolamin, dan hiosiamin, yang berbahaya jika dikonsumsi. Ketika dikonsumsi manusia, maka dampaknya membuat halusinasi, kecanduan, dehidrasi, demam, sakit kepala, sakit perut, diare, muntah, kesulitan berbicara, mengalami gangguan penglihatan, hingga takikardia.

“Seseorang mengalami takikardia ketika denyut jantungnya lebih dari 100 kali per menit. Kondisi yang juga dikenal sebagai jantung berdebar ini dapat meningkatkan risiko seseorang terkena serangan jantung, stroke, bahkan kematian.”

Dijelaskan lagi bahwa efek halusinasi disebabkan kandungan alkaloid tropana dalam kecubung yang memiliki efek antikolinergik. Efek ini dapat meracuni sistem saraf dan menimbulkan gejala berupa halusinasi dan kejang.

“Sedangkan delirium adalah keracunan pada sistem saraf, sehingga membuat linglung. Kondisi ini menyebabkan penderita sulit untuk fokus dan berpikir. Penderita juga akan menjadi gelisah dan terkadang sulit mengenali orang di sekitarnya,” jelas tulisan tersebut.

Tumbuhan kecubung yang di kalangan masyarakat selama ini digunakan untuk mengobati kulit bengkak, sembelit, dan mengatasi ketombe. Foto: Wikimedia Commons/Pancrat/CC BY-SA 3.0

Kecubung sebagai tumbuhan obat

Tumbuhan dengan nama ilmiah Datura metel ini memiliki nama lokal di beberapa tempat di Indonesia. Di Gorontalo, sebutannya bulutuhe, di Ternate dinamakan kucubu atau padura, di Bima disebut bembe, dan di Timor disebut babotek.

Meski berbahaya, di beberapa tempat di Indonesia, masyarakat memanfaatkan tanaman kecubung sebagai obat herbal. Dikutip dari Kementerian Pertanian, dijelaskan bahwa manfaat luar biasa tanaman kecubung tidak hanya pada buah, tetapi mulai dari akar, tangkai, daun, bunga, bahkan biji.

Tumbuhan ini secara turun-temurun dimanfaatkan sebagai obat alami. Kecubung digunakan untuk mengobati kulit bengkak, sembelit, mengatasi ketombe, meredakan rematik, hingga untuk terkilir.

“Kecubung merupakan kekayaan hayati yang memberikan manfaat dalam hal pengobatan. Namun, penting untuk selalu berkonsultasi dengan ahli kesehatan dalam setiap pengobatan,  untuk memastikan keamanan penggunannya.”

Dalam buku yang ditulis Asmaliyah, dkk, berjudul “Tumbuhan Obat dan Herbal dari Hutan untuk Penyakit Degeratif Metabolik” disebutkan bahwa masyarakat Suku Lampung Pesisir, di Desa Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung memanfaatkan daun kecubung secara tradisonal untuk pengobatan rematik [nyeri tulang].

Sementara, masyarakat Suku Daya di Desa Tanjung Agung, Kecamatan Lengkiti, Kabupaten Ogan Komering Ulu [OKU], Sumatera Selatan, memanfaatkan bunga kecubung untuk pengobatan penyakit asma atau sesak napas.

Sedangkan Suku Rejang di Desa Rindu Hati, Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, memanfaatkan daun kecubung untuk pengobatan ambeian.

“Biasanya, bagian yang dimanfaatkan adalah daun dan bunga kecubung yang secara tradisional untuk pengobatan penyakit asma atau sesak nafas dan rematik.”

Tidak hanya di Indonesia, di negara lain, seperti Nigeria, para herbalis telah menggunakan kecubung sebagai bahan baku untuk ramuan pengobatan asma, rematik atau nyeri sendi. Sementara di India, masyarakat lokal di wilayah Salemo, Tamilnadu juga menggunakan daun kecubung untuk penyakit asma dan maag kronis dengan cara dibuat jus.

Namun, para penulis memberikan catatan penting bahwa ketika minum ramuan ini harus dengan dosis atau konsentrasi sesuai anjuran. Sebab, jika berlebihan dapat menyebabkan keracunan dan kematian.

Istilah Mabuk Kepayang Berasal dari Buah Ini

0
mutlu
Happy
0
_zg_n
Sad
0
sinirli
Annoyed
0
_a_rm_
Surprised
0
vir_sl_
Infected
Mabuk Kecubung, Efek Berbahaya Tumbuhan Herbal yang Disalahgunakan

Tamamen Ücretsiz Olarak Bültenimize Abone Olabilirsin

Yeni haberlerden haberdar olmak için fırsatı kaçırma ve ücretsiz e-posta aboneliğini hemen başlat.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Login

To enjoy Foxiz.my.id privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Bizi Takip Edin