Dipublish Tgl: Wednesday, 17 July 2024
Dalam dunia perdagangan internasional, berbagai istilah dan kontrak digunakan untuk memastikan kelancaran dan keadilan transaksi. Salah satu CIF. CIF adalah singkatan dari Cost, Insurance, and Freight.
Jika dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai biaya, asuransi, dan pengiriman yang ditanggung oleh penjual dalam transaksi perdagangan internasional.
CIF berperan sebagai kerangka kerja yang jelas dalam membagi tanggung jawab antara penjual dan pembeli. Apa saja fungsinya? Simak artikel ini dan temukan penjelasan lengkapnya!
Apa itu CIF? CIF Adalah
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki pasar komoditas ekspor besar (Credit: Freepik.com)
Menurut Alexandra Twin (2020), Cost, Insurance, and Freight atau CIF adalah sebuah istilah dalam perdagangan internasional yang mengacu pada biaya yang dibayar oleh penjual untuk menutupi biaya, asuransi, dan pengiriman pesanan pembeli selama dalam perjalanan.
Barang yang dikirim sesuai kontrak penjualan akan diekspor ke pelabuhan yang telah ditentukan. Sampai barang-barang tersebut sepenuhnya dimuat kedalam kapal pengangkut, penjual menanggung biaya atas kerugian atau kerusakan pada produk tersebut.
Oleh karena itu, jika disederhanakan CIF adalah istilah dalam perdagangan internasional yang merujuk pada biaya, asuransi, dan pengiriman yang ditanggung oleh penjual dalam transaksi ekspor-impor.
Baca Juga: Gak Tau Cara Ekspor Barang? Simak 5 Tips Berikut!
Di bawah perjanjian CIF, penjual bertanggung jawab atas biaya pengangkutan barang dari tempat penjual hingga pelabuhan tujuan, biaya asuransi untuk melindungi barang dari risiko, dan biaya pemuatan barang ke atas kapal di pelabuhan asal.
Perbedaan CIF dan FOB
Istilah CIF dan FOB memang sering disamakan karena sama-sama digunakan dalam perdagangan internasional dan berkaitan dengan pembagian tanggung jawab antara penjual dan pembeli.
Namun, terdapat perbedaan mendasar di antara keduanya, yaitu:
1. Tanggung Jawab Penjual
Pada sistem CIF, penjual bertanggung jawab atas biaya, asuransi, dan pengiriman barang hingga dimuat ke atas kapal di pelabuhan asal.
Sedangkan sistem FOB, penjual hanya bertanggung jawab atas biaya dan pengiriman barang hingga dimuat ke atas kapal di pelabuhan asal. Penjual tidak menanggung biaya asuransi.
2. Resiko Barang
Resiko kerusakan atau kehilangan barang pada sistem CIF ditanggung oleh penjual hingga dibuat ke atas kapal. Setelah itu, resiko ditanggung pembeli.
Sedangkan sistem FOB, resiko kerusakan atau kehilangan barang ditanggung pembeli sejak barang dimuat ke atas kapal.
3. Biaya bagi Pembeli
Kemudian dari segi biaya yang dikeluarkan pembeli. Sistem CIF, pembeli hanya perlu membayar sisa biaya setelah barang dimuat ke atas kapal, biasanya biaya bea cukai dan pelabuhan tujuan.
Berbeda dengan sistem FOB, pembeli perlu menanggung biaya asuransi selain biaya yang disebutkan pada CIF.
Baca Juga: Mengenal FOB (Free On Board) dalam Bisnis Pengiriman Barang
Bagaimana Menghitung CIF?
HPP, biaya angkutan dan biaya asuransi adalah bagian dari komponen perhitungan biaya sistem CIF (Credit: Freepik.com)
Mengutip dari ClickPost dalam Finance.detik.com, Untuk menghitung CIF, Anda bisa mengikuti beberapa langkah di bawah ini:
#Mengidentifikasi Komponen Biaya
Berikut beberapa komponen biaya yang perlu pertimbangkan dalam perhitungan CIF:
- Harga Pokok Barang: Harga dasar barang yang disepakati antara penjual dan pembeli dalam perjanjian jual beli.
- Biaya Asuransi: Biaya untuk melindungi barang dari kerusakan atau kehilangan selama proses pengiriman.
- Biaya Pengangkutan: Biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut barang dari tempat penjual hingga pelabuhan tujuan.
- Biaya Lain: Biaya tambahan yang mungkin timbul, seperti biaya pembuatan, pemeriksaan pabean, perubahan rute, dokumen ekspor, bea keluar, dan kerusakan yang tidak ditanggung asuransi.
#Mengumpulkan Data
Setelah komponen biaya sudah ditentukan , berikutnya adalah mengumpulkan data, dalam hal ini dapat dilakukan dengan:
- Meminta penawaran dari perusahaan asuransi untuk mendapatkan perkiraan biaya asuransi.
- Menghubungi perusahaan pelayaran untuk mendapatkan perkiraan biaya pengangkutan.
- Mempelajari peraturan dan biaya yang terkait dengan bea cukai dan pemeriksaan pabean di negara tujuan.
- Mempertimbangkan potensi biaya tambahan yang mungkin timbul.
#Menghitung Nilai CIF
Setelah memiliki data untuk setiap komponen biaya, lakukan penjumlahan sebagai berikut:
Rumus CIF: Harga Pokok Barang + Biaya Asuransi + Biaya Pengangkutan + Biaya Lain
Nilai CIF akan digunakan sebagai titik acuan untuk mengalihkan tanggung jawab atas barang yang sedang dalam perjalanan dari penjual ke pembeli/pelanggan.
Keuntungan Sistem CIF
Apa saja keuntungan yang akan didapatkan importir jika menggunakan CIF? Berikut diantaranya:
- Kepastian Biaya bagi Pembeli: Pembeli mengetahui dengan jelas total biaya yang harus mereka bayarkan, termasuk biaya asuransi dan pengiriman. Hal ini memudahkan mereka dalam merencanakan anggaran dan menghindari potensi biaya tak terduga.
- Kemudahan bagi Penjual: Penjual tidak perlu khawatir tentang pengurusan asuransi dan hanya perlu fokus pada pengiriman barang hingga pelabuhan tujuan. Hal ini dapat menghemat waktu dan sumber daya bagi penjual.
- Standarisasi Global: CIF merupakan incoterms yang diakui secara internasional dan digunakan oleh banyak negara di seluruh dunia. Hal ini membantu menghindari kesalahpahaman dan perselisihan antara penjual dan pembeli dari berbagai negara.
- Perlindungan Risiko: Asuransi yang ditanggung oleh penjual membantu melindungi kedua belah pihak dari kerugian finansial akibat kerusakan atau kehilangan barang selama proses pengiriman.
- Kemudahan Logistik: Pengiriman barang di bawah sistem CIF biasanya ditangani oleh perusahaan pelayaran profesional, sehingga penjual tidak perlu repot dengan detail logistik yang rumit.
Kelemahan Sistem CIF
Selain memiliki keuntungan, CIF juga memiliki beberapa kekurangan. Adapun kekurangan CIF adalah sebagai berikut:
- Biaya Lebih Tinggi bagi Penjual: Penjual menanggung biaya asuransi dan pengiriman, yang dapat meningkatkan biaya total transaksi bagi mereka.
- Kurang Fleksibel: Pembeli tidak memiliki kontrol atas pilihan perusahaan asuransi dan pengangkut, yang dapat menjadi masalah jika mereka memiliki preferensi tertentu.
- Tanggung Jawab Terbatas bagi Pembeli: Pembeli hanya bertanggung jawab atas biaya setelah barang dimuat ke atas kapal, sehingga mereka tidak memiliki kontrol atas apa yang terjadi pada barang selama proses pengiriman.
- Potensi Klaim Asuransi: Klaim asuransi dapat menjadi proses yang rumit dan memakan waktu, dan ada kemungkinan penjual dan pembeli tidak sepakat mengenai siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang.
- Kompleksitas Dokumen: Transaksi CIF memerlukan dokumen yang lebih banyak dibandingkan dengan incoterms lain, seperti FOB, yang dapat menambah beban administrasi bagi kedua belah pihak.
Sistem CIF memiliki kelebihan dan kekurangan. Penting bagi pembeli dan penjual untuk mempertimbangkan dengan cermat keuntungan dan kerugian dari CIF sebelum memutuskan apakah ini adalah sistem yang benar-benar cocok untuk usaha Anda atau tidak. Semoga bermanfaat!