- Bertahun-tahun masyarakat Pantai Pandanan, Kabupaten Lombok Utara, NTB, melakukan aktivitas menangkap ikan dengan cara merusak seperti bom dan potas. Akibatnya 90 persen lebih ekosistem terumbu karang rusak parah
- Ketika pariwisata mulai berkembang di Pantai Pandanan, muncul kesadaran anak-anak muda mengembalikan ekosistem terumbu karang yang terlanjur rusak
- Saat ini hasilnya terlihat baru 3 are dari luas 30 Ha yang akan direhabilitasi
- Peningkatan aktivitas pariwisata di Pantai Pandanan menjadi tantangan untuk rehabilitasi sekaligus peluang untuk mendapat dukungan dari publik
Fatahul Arifin masih ingat pengalaman masa kecilnya, setiap pagi ikut melaut bersama kakeknya. Menggunakan perahu kecil, mereka menelusuri garis Pantai Pandanan, Desa Malaka, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), menangkap ikan tongkol yang mudah dijumpai.
Di hari lain, Fatahul ingat turut menyelam sedalam 1 – 2 meter untuk mengambil terumbu karang mati, berwarna putih, kadang gelap. Terumbu karang itu dibawa ke kampung, selanjutnya dibakar menjadi kapur tembok. Kegiatan itu dilakoni bertahun-tahun.
“Setelah dewasa baru saya sadar jika kegiatan yang dulu itu merusak,’’ kata bendahara kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) Taman Laut Pandanan, beberapa waktu lalu.
Fatahul juga ingat dulu sering mendengar ledakan di tengah laut. Bahkan dia pernah membantu membawa bahan-bahan peledak, meracik di atas perahu, lalu dilemparkan ke tengah laut. Ikan akan mengapung, mudah dikumpulkan. Kemudian berlanjut mengambil terumbu karang yang sudah pecah.
Lain waktu dia juga ikut menyaksikan penggunaan potas. Menyelam diantara terumbu karang, cairan potas yang disemprotkan ke dalam sela-sela terumbu karang. Ikan yang bersembunyi akan keluar, pusing dan mudah ditangkap. Sangat mudah mengumpulkan ikan yang biasa berumah di dalam terumbu karang.
Kegiatan itu berlangsung bertahun-tahun, hingga kemudian setelah dewasa, kuliah lalu menjadi guru di madrasah, Fatahul sadar terumbu karang di Pantai Pandanan rusak akibat aktivitas warga sendiri. Setelah bertahun-tahun, nyaris tidak ada terumbu karang bagus tersisa. Ikan-ikan pun semakin menjauh. Jika dulu masih bisa mencari ikan tongkol dan ikan karang di sekitar Pantai Pandanan, sekarang harus berlayar jauh di balik Gili Trawangan.
Baca : Pokmaswas Petrando: Inspirasi Anak Muda Pelestari dan Pelopor Wisata Laut Lombok
Tahun 2013 Fatahul mengajar Bahasa Inggris di Madrasah Nurul Yakin Malaka. Pada tahun itu pariwisata di Gili Trawangan sudah berkembang. Sementara di Malaka masih menjadi desa nelayan. Akses jalan dari Senggigi, Lombok Barat menuju Pelabuhan Bangsal yang melayani penyebarangan ke Gili Trawangan melalui jalur Pusuk. Pada tahun itu jarang orang lewat di jalur Malaka.
“Setelah jalan mulus barulah mulai ramai, dan orang sadar ternyata pantai di sini indah,” katanya.
Awalnya wisatawan lokal yang singgah di Pantai Pandanan. Lalu menyusul beberapa wisatawan asing yang ingin menyelam. Di saat itu, madrasah tempat Fatahul mengajar mulai melatih siswa siswi untuk bisa berkomunikasi lancar dengan Bahasa Inggris. Tujuannya agar mereka bisa bekerja di sektor pariwisata.
Kehadiran wisatawan ke Pantai Pandanan diikuti warga yang mulai berjualan makanan ringan dan minuman. Ketika semakin berkembang mulai menjual kuliner ikan laut. Satu persatu berenang dan snorkeling, hingga Fatahul tersadar pariwisata yang akan dijual telah lama rusak.
“Pantai kami indah tapi terumbu karangnya rusak. Menyesal sudah terlambat,’’ katanya.
Fatahul mulai mengajar kegiatan konservasi pada siswanya. Mengkampanyekan agar tidak ada lagi kerusakan terumbu karang dan mulai terlibat aktif untuk merestorasi terumbu karang yang rusak. Fatahul kembali mengingat pelajaran melautnya. Jika dulu menyelam untuk mengambil terumbu karang, kini menyelam untuk menanam terumbu karang.
Tidak Ada Kata Terlambat
Slamet Riyadi dan Geodipa mengecek kembali peralatan selam yang ada di punggung saya. Pada hari itu di akhir Juni, mereka mengajak saya melihat langsung hasil transplantasi terumbu karang yang mereka lakukan. Mereka berdua adalah generasi millenial dan gen Z Pandanan yang tumbuh kesadaran untuk memperbaiki terumbu karang yang dirusak oleh orang tua dan kakek mereka.
Geo masih terbata-bata menjelaskan tentang aktivitas konservasi yang mereka lakukan. Di perahu yang sama, saya bersama dua orang mahasiswa biologi Universitas Mataram yang akan melakukan riset di Pantai Pandanan. Mereka juga ikut membersihkan terumbu karang yang sudah ditanam, termasuk menanam beberapa titik transplantasi yang kurang bagus pertumbuhannya.
Baca juga : Memuliakan Terumbu Karang dari Surga Terakhir
Di dasar laut kedalaman 5-7 meter saya diajak keliling menyaksikan kerusakan terumbu karang. Sejauh pandangan mata terlihat terumbu karang yang patah, berwarna gelap. Beberapa terumbu karang berukuran besar pun terlihat hancur. Seperti berada di kuburan. Ketika di atas permukaan mereka menjelaskan itulah sisa-sisa terumbu karang yang rusak. Sebagian lokasi lainnya terlihat bersih. Terumbu karang sisa yang rusak hanyut dibawa arus dan juga diambil untuk pembuatan kapur tembok.
Saya dituntun ke tempat kegiatan transplantasi terumbu karang. Medianya berbentuk meja menggunakan besi. Ada juga menggunakan beton. Yang cukup unik ada media yang seperti jaringan kabel listrik. Bibit terumbu karang digantung di kabel listik, diikat di tiang listrik. Beberapa sudah tumbuh cukup bagus.
Di sekitar transplantasi itu tampak kehidupan. Ikan warna-warni keluar dari media transplantasi. Laut tidak lagi menjadi kuburan terumbu karang. Ada kehidupan baru di tempat tranplantasi itu. Luasnya tidak seberapa, hanya 300 meter persegi (3 are).
“Setiap saat kami pantau pertumbuhannya,’’ kata Slamet.
Barmawi dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (BPSPL) Denpasar Satker NTB menyebutkan target restorasi terumbu karang di Pantai Pandanan adalah 30 Ha. Saat ini yang sudah terlihat hasilnya baru 3 are.
Kegiatan yang dilakukan oleh Pokmaswas Taman Laut Pandanan seperti misi mustahil di tengah banyak keterbatasan. Dengan pertumbuhan terumbu karang yang lambat, Barmawi tidak tahu butuh berapa tahun agar kehidupan terumbu karang Pantai Pandanan kembali seperti semula.
“Seperti mission impossible, tapi tetap harus dilakukan,’’ katanya.
Baca juga : Kini Ada Demplot Restorasi Terumbu Karang Terapung di Kawasan Konservasi Nusa Penida
BPSPL Denpasar Satker NTB membantu proses perizinan aktivitas pemanfaatan ruang laut di Pantai Pandanan. Izin diperoleh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada Agustus 2022. Izin yang dipegang terkait dengan rehabilitasi terumbu karang. Tapi izin itu tidak dibarengi dengan dukungan anggaran. BPSPL Denpasar Satker NTB memiliki tanggung jawab moral karena ikut mendampingi.
“Kami sediakan alat selam. Digunakan untuk proses transplantasi, sekaligus jadi usaha untuk membiayai kegiatan konservasi,’’ katanya.
Kegiatan pariwisata yang mulai tumbuh di Pantai Pandanan ini bisa menjadi peluang untuk mendukung rehabilitasi terumbu karang. Saat banyak wisatawan datang, mereka menggunakan jasa Pokmaswas untuk sewa perahu, snorkeling, dan menyelam. Hasil itulah yang digunakan untuk membiayai transplantasi terumbu karang.
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Lombok bahkan dari Jawa juga datang ke Pantai Pandanan. Mereka mengamati proses perubahan ekosistem pesisir, sekaligus pengabdian masyarakat dengan cara ikut melakukan transplantasi terumbu karang.
“Banyak dukungan dari berbagai pihak, termasuk mahasiswa-mahasiswa,’’ katanya.
BPSPL Denpasar Satker NTB awalnya menemukan kasus di Pantai Pandanan ini bermula dari kegiatan sekolah pantai yang diinisiasi oleh KKP pada tahun 2018. Program ini ditujukan untuk anak-anak agar mencintai laut. Salah satu isunya adalah sampah laut. Dalam kegiatan itu terungkap jika masalah terbesar di Pantai Pandanan adalah kerusakan terumbu karang. Sejak saat itulah program diarahkan untuk memulihkan ekosistem terumbu karang.
Kegiatan konservasi terumbu karang yang dilakukan oleh Pokmaswas Taman Laut Pandanan harus diikuti oleh kegiatan edukasi dan ekonomi. Kegiatan edukasi ini ditujukan ke generasi muda agar tumbuh kesadaran menjaga laut.
Selain itu edukasi juga pada para pengunjung/wisatawan agar ketika snorkeling tidak menginjak terumbu karang yang masih hidup. Pada nelayan diedukasi agar tidak melepas jangkar pada lokasi yang masih hidup terumbu karang. Pokmaswas menyiapkan tempat mengikat perahu jika nantinya membawa wisatawan yang mau snorkeling. (***)
The Big Build: Upaya Restorasi Terumbu Karang Terbesar Dunia di Bontosua, Pangkep