- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, berkolaborasi bersama para seniman kampanye penyelamatan harimau. Kampanye ini guna mengajak masyarakat di Kota Padang, peduli harimau.
- Kondisi harimau di Sumatera, termasuk di Sumatera Barat tidak baik-baik saja. Kehilangan habitat terus terjadi, hingga makin mengancam kehidupan harimau dan memicu konflik dengan manusia.
- Data Dinas Kehutanan Sumbar, tutupan hutan terus berkurang di provinsi ini sejak 2017. Pada 2017, laju kerusakan rata-rata 14.652 hektar. Pada 2018, hutan hilang 11.979 hektar. Pada 2019, kehilangan hutan di Sumbar naik lagi jadi 13.132 hektar. Pada 2020, ada 12.790 hektar dan 2021 sebesar 12.037 hektar hutan tergerus.
- Pada 2023, BKSDA Sumatera Barat mencatat ada 34 kasus. Mayoritas di Kabupaten Pasaman 18 kali, Kabupate Agam, Solok Selatan dan Solok masing-masing empat kali. Dalam 2024 sampai Juli, katanya, sudah ada 21 kejadian konflik harimau, terbanyak di Pasaman (6), Agam (5) dan Pasaman Selatan dan Solok masing-masing tiga kali.
“Save the Tiger… Save the Tiger…” Sesekali terdengar suara-suara harimau. Begitu lagu techo karya Vic Sundesk berjudul “Save The Tiger” ini bergema di Jalan Rasuna Said, Kota Padang, Sumatera Barat, memecah kesunyian pagi saat Car Free Day, 28 Juli lalu. Masyarakat yang lalu lalang pun tertarik dan ikut bergabung. Ada yang ikut bernyanyi, melukis wajah (face painting) dan lain-lain.
Vic menyanyikan lagu ini menyambut Global Tiger Day, 29 Juli. Kegiatan ini kolaborasi seniman dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat. Sebulan sebelum acara dan bikin lagu, dia riset dan menemukan harimau memiliki tujuh jenis suara.
“Mulai dari grunt, growl, roar, moan, snarl, chuff, hiss hingga gasp. Dalam track Save the Tiger ini memasukkan semua elemen itu jika didengarkan dengan jeli dan dengan audio yang baik. Jadi seakan harimau itu bernyanyi bersama kita,” katanya.
Pada lagu itu, katanya, tiap nada punya energi dan semangat. “Saya mencoba menyalurkan kesadaran konservasi untuk semua orang. Nada dan teriakan save the tiger dalam lagu ini saya harapkan bisa menjadi penyampai energi konservasi.”
Sebelum riset Vic tak begitu mengetahui nasib si belang ini di Sumatera Barat. “Dalam proses ini saya menemukan, membaca Mongabay, ada 15.000 hektar tiap tahun tutupan hutan hilang [di Sumbar],” katanya.
Dari data Dinas Kehutanan Sumbar, tutupan hutan terus berkurang di provinsi ini sejak 2017. Pada 2017, laju kerusakan rata-rata 14.652 hektar. Pada 2018, hutan hilang 11.979 hektar. Pada 2019, kehilangan hutan di Sumbar naik lagi jadi 13.132 hektar. Pada 2020, ada 12.790 hektar dan 2021 sebesar 12.037 hektar hutan tergerus.
Kehilangan hutan, katanya, makin menggerus habitat satwa liar, termasuk harimau. Habitat hilang, memicu konflik dengan manusia, seperti pada 25 Juli lalu, satu harimau tewas di Agam, terkena jerat babi. Kondisi harimau tidak baik-baik saja.
Menurut dia, kampanye ini penting bagi masyarakat urban. “Gimana kita nularin kesadaran ke orang yang belum tahu,” katanya.
Dalam acara yang digagas BKSDA Sumbar bersama beberapa seniman modern dance dari komunitas Runduk, bomber atau seniman graffiti Miranda Curly dan Firman. Juga, relawan Tiger Heart yang melakukan face painting harimau dan relawan muda BKSDA dari pelbagai sekolah menengah di Padang. Mereka memberikan informasi lebih luas kondisi harimau Sumatera saat ini.
Erlinda C Kartika, Ketua Panitia mengatakan, lewat acara ini BBKSDA ingin mengajak masyarakat Padang peduli konservasi alam. Para seniman pun dia ajak untuk berkolaborasi.
“Seni bisa mengangkat acara dan menarik perhatian banyak orang. Car Free Day ini kesempatan yang sangat bagus, kita tidak perlu lagi mengumpulkan orang. Tinggal kita berikan kolaborasi untuk menarik perhatian masyarakat. Kita memilih seni,” kata perempuan yang juga peneliti harimau ini.
Dengan tajuk “Konservasi Alam untuk Semua,” Erlinda menekankan pelestarian alam bukan hanya tugas BKSDA, tetapi kewajiban setiap orang demi kebaikan bersama.
Tua muda sampai anak-anak juga tertarik dengan gawe ini. “Artinya, kita juga memberi edukasi kepada mereka sejak dini tentang harimau. Kalau mereka senang, berarti tujuan kita berhasil,” kata Erlinda.
Terus terjadi
Lugi Hartanto, Kepala BKSDA Sumbar mengatakan, konflik harimau Sumatera dan manusia di Sumatera, terus terjadi.
“Yang jadi kendala jerat di luar kawasan hutan konservasi ini yang perlu dukungan dan kesadaran masyarakat, karena sangat luas area dan jangkauannya,” katanya Senin (29/7/24).
Pada 2023, mereka mencatat ada 34 kasus. Mayoritas di Kabupaten Pasaman 18 kali, Kabupate Agam, Solok Selatan dan Solok masing-masing empat kali.
Dalam 2024 sampai Juli, katanya, sudah ada 21 kejadian konflik harimau, terbanyak di Pasaman (6), Agam (5) dan Pasaman Selatan dan Solok masing-masing tiga kali.
BKSDA mengimbau masyarakat tidak memasang jerat karena membahayakan satwa liar termasuk harimau.
Dia menyebutkan, kasus konflik tiga tahun terakhir. Pada 2022, ada 33 penyelamatan dan konflik satwa harimau Sumatera.
“Mayoritas ada di Agam, ada 10 kali, Kabupaten Solok delapan kali dan Pasaman enam kali,” katanya.
******
Harimau Sumatera Masuk Pekarangan Masjid di Solok, Diduga Terganggu Aktivitas Penangkap Burung