Serunya Belajar Mangrove di Lantebung dan Kuri Caddi

serunya-belajar-mangrove-di-lantebung-dan-kuri-caddi
Serunya Belajar Mangrove di Lantebung dan Kuri Caddi
service
Share

Share This Post

or copy the link
  • Yayasan Konservasi laut (YKL) Indonesia menyelenggarakan sekolah mangrove di Lantebung (Makassar) dan Kuri Caddi (Maros), Sulawesi Selatan.
  • Peserta sebanyak 15 orang belajar banyak hal. Mulai dari pengenalan dasar tentang mangrove, keanekaragaman mangrove dan peranannya, area tumbuh mangrove dan lain-lain. Mereka belajar sambil diskusi santai.
  • Kegiatan ini diharapkan akan melahirkan fasilitator rehabilitasi dan konservasi mangrove di tingkat tapak dan meningkatkan kapasitasnya mengenai rehabilitasi dan konservasi mangrove berupa teori, teknis dan kebijakan, serta mampu menyusun rencana aksi.
  • Selain pengenalan mangrove secara umum, sekolah ini juga mengenalkan metode rehabilitasi mangrove secara ekologis yang disebut Ecological Mangrove Rehabilitation (EMR).

Jumat pagi itu, sungguh cerah di Lantebung. Di kejauhan terdengar suara canda. Di kawasan ekowisata mangrove populer di Kota Makassar, Sulawesi Selatan itu tengah berlangsung sekolah mangrove yang diselenggarakan oleh Yayasan Konservasi laut (YKL) Indonesia atas dukungan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati). Ada 15 peserta yang terlibat, berasal dari NGO, organisasi pemuda, mahasiswa dan instansi pemerintah.

Di sekolah mangrove ini, selama tiga hari, 19-21 Juli 2024, mereka belajar banyak hal. Mulai dari pengenalan dasar tentang mangrove, keanekaragaman mangrove dan peranannya, area tumbuh mangrove dan lain-lain. Mereka belajar sambil diskusi santai. Mereka juga pembelajaran langsung ke lokasi, tepatnya ke situs belajar mangrove di Kuri Caddi, Desa Nisombalia, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros.

Menurut Nirwan Dessibali, Direktur YKL Indonesia, dari kegiatan ini diharapkan akan melahirkan fasilitator rehabilitasi dan konservasi mangrove di tingkat tapak dan meningkatkan kapasitasnya mengenai rehabilitasi dan konservasi mangrove berupa teori, teknis dan kebijakan, serta mampu menyusun rencana aksi.

Yusran Nurdin Massa, Environmental Technical Advisor (ETA) Blue Forests, salah seorang fasilitator, selain mengenalkan mangrove secara umum juga mengenalkan metode rehabilitasi mangrove secara ekologis yang disebut Ecological Mangrove Rehabilitation (EMR).

Menurutnya, EMR diartikan sebagai sebuah pendekatan rehabilitasi mangrove yang berupaya untuk memfasilitasi terjadinya regenerasi alami agar ekosistem mangrove dapat menopang kelangsungan hidupnya sendiri.

EMR adalah pendekatan umum, bukan metode atau urutan langkah yang dimandatkan, yang dirancang untuk memberikan serangkaian aktivitas logis agar berhasil memulihkan atau menciptakan habitat mangrove dengan tutupan vegetasi beragam yang mirip dengan hutan mangrove alami atau hutan referensi,” jelasnya.

Baca : Lantebung dan Optimisme Rehabilitasi Mangrove Sulawesi Selatan 

Yusran Nurdin Massa, Environmental Technical Advisor (ETA) Blue Forests, selain mengenalkan mangrove secara umum juga mengenalkan metode rehabilitasi mangrove secara ekologis yang disebut Ecological Mangrove Rehabilitation (EMR). Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.

Di metode ini aliran sungai pasang surutnya berfungsi menghubungkan air tawar dari daratan dengan air laut, dan mendukung komunitas fauna yang beragam.

Ia juga menjelaskan pentingnya memahami lokasi penanaman mangrove, karena banyak program penanaman mangrove berakhir pada kegagalan karena ditanam di lokasi dan waktu yang tak sesuai.

Fasilitator lain, Akhzan Nur Iman, Mangrove Restoration and Conservation Manager di Blue Forests, menjelaskan bahwa mangrove adalah tumbuhan darat yang mampu beradaptasi terhadap penggenangan air di wilayah pasang surut. Mangrove mengembangkan sistem perakaran yang unik untuk mengadaptasi penggenangan air.

Dijelaskan Akhzan bahwa zonasi mangrove dari pantai ke darat ditentukan oleh kemampuan adaptasi terhadap durasi penggenangan.

Durasi penggenangan berbagai jenis mangrove berbeda-beda. Ada yang setiap hari tergenang saat pasang dan kering saat surut seperti jenis Avicennia spp dan Sonneratia spp. Ada yang hanya mingguan atau bulanan. Ada pula yang hanya tergenang pada saat pasang tinggi tahunan seperti Excoecaria agallocha.

“Adaptasi ini juga yang membentuk sistem perakaran masing-masing jenis mangrove,” jelasnya.

Terkait zonasi, sebagai area mangrove tumbuh dan faktor pembatas pertumbuhan mangrove di wilayah intertidal, terbagi dua, yaitu zonasi sederhana, mencakup satu zonasi dan zonasi campuran, dan zonasi kompleks yang terdiri atas beberapa zonasi.

Menurut Akhzan, terdapat tiga hal sebagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap zonasi, yaitu pasang surut (elevasi permukaan), tipe substrat dan salinitas.

Akhzan juga menjelaskan tipe substrat sebagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap zonasi. Dicontohkan pada mangrove jenis Avicennia spp, yang akan tumbuh di tanah bertekstur halus, yang relatif kaya dengan bahan organik dan salinitas tinggi. Sementara Rhizophora apiculata akan tumbuh di lingkungan atau tanah yang relatif lebih kasar dibandingkan dengan Avicennia spp., tetapi secara umum masih dapat digolongkan pada tanah bertekstur halus.

“Jenis lain seperti Bruguiera gymnhorrhiza hidup di tanah bertekstur agak halus sampai sedang. Sementara Sonneratia alba, adalah tumbuhan pionir yang berkembang pada tanah-tanah pasir di pinggir laut, di mana substratnya sangat stabil.”

Baca juga : Kembali Lebat, Ini Cerita Sukses Rehabilitasi Mangrove Kurricaddi

Peserta dari berbagai profesi dan institusi belajar secara teori dan praktik terkait mangrove selama 3 hari, 19-21 Juli 2024, di Lantebung (Makassar) dan Kuri Caddi (Maros). Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.

Faktor lingkungan lain yang berpengaruh pada zonasi, lanjutnya, adalah salinitas.

“Kondisi optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh berkisar antara 10-30 ppt dan akan meningkat jika pada siang hari cuaca panas dan dalam keadaan pasang.”

Terkait kegiatan ini, Muhammad Muakhkhir Putra, peserta yang berasal dari Carbon Ethics dan Sungai Watch menilai sangat senang mengikuti kegiatan ini karena disusun dengan sangat baik, dimulai dari konsep dasar ekosistem mangrove hingga teknik rehabilitasi yang lebih kompleks.

“Setiap modulnya tersusun secara sistematis, memudahkan saya untuk mengikuti dan memahami materi,” ujarnya.

Ia juga menilai materi yang disampaikan sangat komprehensif dan relevan di mana terdapat banyak informasi penting yang mencakup aspek ekologis, sosial, dan ekonomi dari konservasi mangrove.

“Studi kasus yang disajikan sangat membantu dalam memahami penerapan praktis dari teori yang diajarkan.”

Peserta lain, Siti Fathana Azh Zahra, mahasiswa geografi di Universitas Hasanuddin, mengatakan setelah mengikuti kegiatan selama tiga hari, ia mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman baru.

“Cara penyampaian materi dari kakak-kakak fasilitator juga sangat mudah dipahami dan tidak membosankan. Secara keseluruhan, saya sangat puas dengan pelaksanaan pelatihan ini dan akan merekomendasikan ke teman-teman lain untuk ikut.” (***)

Kisah Gila Ato Tanam Ratusan Ribu Mangrove Demi Kepiting

0
mutlu
Happy
0
_zg_n
Sad
0
sinirli
Annoyed
0
_a_rm_
Surprised
0
vir_sl_
Infected
Serunya Belajar Mangrove di Lantebung dan Kuri Caddi

Tamamen Ücretsiz Olarak Bültenimize Abone Olabilirsin

Yeni haberlerden haberdar olmak için fırsatı kaçırma ve ücretsiz e-posta aboneliğini hemen başlat.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Login

To enjoy Foxiz.my.id privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Bizi Takip Edin