Meluruskan sejarah: Arca Buddha Sempaga bukan rusak karena terbakar di Paris

meluruskan-sejarah:-arca-buddha-sempaga-bukan-rusak-karena-terbakar-di-paris
Meluruskan sejarah: Arca Buddha Sempaga bukan rusak karena terbakar di Paris
service
Share

Share This Post

or copy the link

Jika berkunjung ke Museum Nasional di Jakarta, kita bisa menemukan Arca Buddha Dipangkara. Arca ini lebih dikenal dengan nama Arca Buddha Sempaga, sesuai lokasi penemuannya di sekitar Desa Sempaga, Mamuju, Sulawesi Barat.

Arca Buddha Sempaga merupakan salah satu koleksi berharga yang selamat dari kebakaran yang melanda Museum Nasional Jakarta pada 2023 lalu. Akibat kebakaran itu, permukaan arca menghitam dan ada beberapa bagian yang patah.

Namun sebelumnya pun, kondisi arca ini memang sudah tidak sepenuhnya utuh—kedua kakinya hilang hingga bagian paha, dan kedua lengannya patah sampai pergelangan tangan.

Beredar luas informasi di media bahwa arca tersebut rusak akibat kebakaran saat acara Exposition Coloniale Internationale atau Pameran Kolonial Internasional di Paris pada 1931. Pameran yang berlangsung selama enam bulan itu menampilkan beragam budaya dari wilayah kolonial Eropa selama era kolonialisme, termasuk Indonesia.

Padahal sebenarnya bukan Arca Buddha Sempaga yang terbakar dalam peristiwa tersebut, melainkan Arca Buddha Kota Bangun dari Kalimantan Timur. Kekeliruan ini terjadi karena adanya misinformasi yang tersebar luas di media.

Paviliun Hindia Belanda di Pameran Kolonial Internasional pada 1931. Sumber: Wikipedia.

Melacak asal kekeliruan

Saya memulai penelusuran saya dengan menelaah sejumlah jurnal dan melacak pemberitaan di media digital serta informasi di situs daring.

Saya menemukan publikasi Research Report of Asian Art and History oleh peneliti ARCA (Asian Art and Culture Association) yang terbit pada 2001 menyebutkan bahwa Arca Buddha Sempaga terbakar bersama artefak dari Hindia Belanda lainnya saat pameran di Paris pada 1931.

Pada 24 Juli 2012, Kompas menjadi media yang pertama kali menerbitkan artikel berjudul Koleksi Terbakar di Paris. Namun, artikel Kompas ini hanya menyebutkan adanya sejumlah arca yang hangus akibat kebakaran di Paris, tetapi tidak menyatakan bahwa yang terbakar adalah Arca Buddha Sempaga.

Arkeolog Djulianto Susantio juga membahas peristiwa serupa dalam artikelnya yang berjudul Tragedi Paris 1931 dan Koleksi Museum Nasional. Namun, tulisan ini juga tidak menyebutkan bahwa Arca Buddha Sempaga terbakar di Paris.

Pada 20 November 2017, situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang menjadi kementerian terpisah) mengunggah artikel berjudul Arca Buddha Tertua itu Kini Berstatus Cagar Budaya Peringkat Nasional yang memuat foto Arca Buddha Sempaga dan menyatakan bahwa arca tersebut terbakar di Paris. Informasi ini kemudian dirujuk oleh Wikipedia Indonesia.

Setelah itu, berbagai media, termasuk Tirto, Kompas, Kumparan, dan media lainnya menyebarkan informasi serupa bahwa Arca Buddha Sempaga terbakar di Paris pada Tragedi 1931. Artikel Tirto bahkan menuliskan bahwa arkeolog Belanda F.D.K. Bosch menyesalkan petaka yang dianggap telah menyebabkan rusaknya arca tersebut.

Meluruskan informasi

Sejak Oktober lalu, saya memeriksa arsip asli dari Dinas Purbakala Hindia Belanda melalui catatan F.D.K. Bosch tahun 1931 serta beberapa buku arkeologi lainnya dari tahun 1959 – 2007 yang berkaitan dengan Tragedi Paris 1931 dan Arca Buddha Sempaga.

Dari tulisan F.D.K. Bosch dan rekannya C.C.F.M. Le Roux di Buletin Tijdschrift Voor Indische Taal Land En Volkenkunde tahun 1931 (halaman 663 – 683), tidak ada catatan bahwa Arca Buddha Sempaga dikirim ke Paris.

Arca yang dipamerkan di Paris tahun 1931 berasal dari Mojokerto, Semarang, Kota Bangun, Wonosobo, Nganjuk, Klaten, Demak, Yogyakarta.

F.D.K. Bosch memang menyesalkan kejadian kebakaran tersebut. Namun penyesalan Bosch ini bukan terkait Arca Buddha Sempaga, karena arca tersebut tidak ikut dipamerkan di sana.

Sebagaimana tertulis pada halaman 668 “Bagian Benda Perunggu” di Buletin Tijdschrift Voor Indische Taal Land En Volkenkunde tahun 1931, Bosch menyebutkan bahwa terdapat 16 arca dan 8 perkakas perunggu yang hancur karena kebakaran di Paris.

Koleksi dengan kerugian terbesar adalah Arca Buddha Kota Bangun yang ditemukan pada 1925. Bosch menyebut arca ini merupakan patung Buddha terbesar dan terindah yang pernah ada di Hindia Belanda, tetapi nasibnya kemudian tragis.

Kini setelah sisa-sisa menyedihkan dari keikutsertaan Lembaga Bataviaasch Genootschap di Paris, yang menghancurkan paviliun Hindia Belanda pada 28 Juni 1931—telah dikembalikan ke Batavia dengan daftar kerugian yang diderita, maka sepatutnya kurator koleksi memberikan gambaran besar dampak bencana pada semua yang peduli dengan tinggalan sejarah” -F.D.K. Bosch, terjemahan penulis.

Dalam tulisan arkeolog Jessy Oey-Blom di Jurnal Amerta pada 1953 (yang diterbitkan ulang pada 1985) disebutkan bahwa kondisi Arca Buddha Sempaga memang sudah berbentuk fragmen atau tidak utuh saat pertama kali ditemukan pada sebuah kaki bukit di tebing kanan Sungai Karama (yang bermuara di Desa Sempaga), dekat Sikendeng, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat pada 1921.

Foto Buddha Sempaga tahun 1953 dari tulisan Jessy Oey-Blom di Jurnal Amerta edisi 1.

Belum jelas bagaimana arca ini bisa sampai di sana. Hingga kini, tidak ada bukti arkeologis atau etnografis yang menunjukkan jejak agama Buddha di wilayah sekitar arca ditemukan. Diduga, arca ini mungkin terbawa kapal yang tersesat atau mengalami kecelakaan laut sehingga terdampar di Sempaga. Masyarakat akhirnya sering menyebut arca tersebut ‘Dipangkara’—pelindung para pelaut.

Pada 1933, arca ini kemudian disimpan di Museum Nasional Jakarta dan menjadi Cagar Budaya Nasional.

Arca Buddha Sempaga dalam bentuk fragmen berukuran 75 cm ini diperkirakan berasal dari abad ke-2 hingga ke-7 Masehi, beraliran kesenian Amarawati dari India Selatan. Andai masih utuh, arca ini kemungkinan akan menjadi salah satu arca perunggu terbesar yang pernah ditemukan di Indonesia.

Selain sumber-sumber primer ini, saya juga mengacu pada tulisan arkeolog A.A. Gede Oka Astawa dalam bukunya Agama Buddha di Bali (2007).

Di halaman 3, Astawa menulis bahwa yang terbakar saat pameran di Paris adalah Arca Buddha dari Kota Bangun, Kalimantan Timur. Ia mengutip sumber dari buku Ancient Indonesian Art karya arkeolog dan sejarawan Belanda A.J. Bernet Kempers yang terbit pada 1959.

Arca Buddha Kota Bangun, Kalimantan Timur | Sumber: F.D.K. Bosch dan C.C.F.M. Le Roux. Wat te Parijs verloren ging. Tijdschrift Voor Indische Taal Land En Volkenkunde.1931.

Misinformasi kaburkan fakta sejarah

Menurut akademisi dan peneliti dari Univeritas Cambridge, Jon Roozenbeek dan Sander van der Linden dalam buku mereka The Psychology of Misinformation, ada tiga jenis kesalahan informasi, yakni; misinformasi (menyebarkan informasi yang salah tanpa niat sengaja menyesatkan), disinformasi (menyebarkan informasi yang salah dengan sengaja untuk memanipulasi), dan malinformasi (informasi benar tapi disajikan dengan cara yang menyesatkan atau merugikan).

Semua kekeliruan informasi ini dapat mengaburkan fakta sejarah yang sebenarnya.

Agar tidak terjebak dalam kesalahan informasi ini, seorang sejarawan asal Polandia Łukasz Kamiński dalam artikelnya yang berjudul How Historians Verify Information menganjurkan kita untuk melakukan kritik sumber: menilai keaslian, kredibilitas, dan akurasi sumber serta membandingkannya dengan berbagai sumber lain. Semua ini bertujuan untuk mengungkap kebenaran fakta sejarah.

Berdasarkan penelusuran yang saya lakukan, saya menyimpulkan bahwa yang terbakar di Paris bukanlah Arca Buddha Sempaga dari Sulawesi, melainkan Arca Buddha Kota Bangun dari Kalimantan Timur.

Temuan ini menegaskan pentingnya kehati-hatian dalam menyebarkan informasi, termasuk informasi terkait artefak budaya. Pemerintah, melalui Kementerian Kebudayaan, perlu meluruskan kekeliruan ini dengan cara meralat informasi yang sudah tersebar di media. Dengan begitu, ke depan, masyarakat akan memperoleh informasi sejarah yang tidak hanya lengkap tapi juga akurat.

0
mutlu
Happy
0
_zg_n
Sad
0
sinirli
Annoyed
0
_a_rm_
Surprised
0
vir_sl_
Infected
Meluruskan sejarah: Arca Buddha Sempaga bukan rusak karena terbakar di Paris

Tamamen Ücretsiz Olarak Bültenimize Abone Olabilirsin

Yeni haberlerden haberdar olmak için fırsatı kaçırma ve ücretsiz e-posta aboneliğini hemen başlat.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Login

To enjoy Foxiz.my.id privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Bizi Takip Edin