Hebatnya Perempuan Tempirai, Bangga Jadi Petani dan Penyedia Pangan Masyarakat

hebatnya-perempuan-tempirai,-bangga-jadi-petani-dan-penyedia-pangan-masyarakat
Hebatnya Perempuan Tempirai, Bangga Jadi Petani dan Penyedia Pangan Masyarakat
service
Share

Share This Post

or copy the link
  • Di Desa Tempirai, Kecamatan Penukal Utara, Kabupaten PALI [Penukal Abab Lematang Ilir], Sumatera Selatan, sejumlah perempuan yang sebelumnya hidup di kota, kembali ke desa , dan memutuskan diri menjadi petani.
  • Perempuan yang memilih menjadi petani, bukan hanya bersawah, juga berkebun karet, dan menanam sayuran dan buahan.
  • Perempuan di Tempirai berperan sebagai penyedia pangan, mencari pendapatan [ekonomi], serta sebagai edukator bagi keluarganya.
  • Berbagai tradisi kuliner yang memanfaatkan hasil alam juga diperankan perempuan, baik sebagai sumber pangan maupun ekonomi. Misalnya pekasem [fermentasi ikan], balur [ikan asin], sale ikan [ikan asap], serta sagarurung.

Saat ini, tidak banyak orang yang sudah memiliki pekerjaan mapan dan mengenal kehidupan moderen, memilih hidup sebagai petani. Di Desa Tempirai, Kecamatan Penukal Utara, Kabupaten PALI [Penukal Abab Lematang Ilir], Sumatera Selatan, sejumlah perempuan yang sebelumnya hidup di kota, kembali ke desa, dan memilih menjadi petani.

“Saya dulu bekerja sebagai perawat di puskesmas [pusat kesehatan masyarakat] di desa ini, dan secara ekonomi hidup saya tidak kurang. Lima tahun saya bekerja sebagai perawat. Tapi saya merasa pekerjaan itu tidak membuat hidup tenang. Jadi, saya memutuskan berhenti sebagai perawat dan memilih menjadi petani,” kata Ermawati [58], warga Desa Tempirai, awal Desember 2024.

Ermawati kemudian bersawah padi, menanam buahan, dan berkebun karet. “Meskipun saya berhenti menjadi perawat, tapi saya tetap membantu warga yang sakit jika mereka membutuhkan, dan saya tahu atau mengerti cara mengatasinya.”

Dijelaskan Ermawati, menjadi petani membuat dirinya lebih dekat dengan alam dan Tuhan. “Dari bersawah dan berkebun karet ini, saya tahu alam membalas setiap perbuatan baik kita, dan Tuhan memberikan rezeki yang tidak pernah kita duga sebelumnya,” kata ibu tiga anak.

“Saya merasakan pekerjaan petani itu ibadah, sebab menyediakan makan [pangan] bagi banyak orang, selain bagi keluarga sendiri.”

Baca: Peran Hebat Perempuan di Lahan Basah Sungai Musi

Ermawati [58], berhenti menjadi perawat di puskesmas di desanya, dan memilih menjadi petani. Dia merasakan bertani adalah ibadah. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

Azizah [47], setelah hidup selama puluhan tahun di Palembang, akhirnya memutuskan pulang ke desanya menjadi petani.

“Saya sekarang berkebun karet, bersawah, menanam sayuran dan buahan, serta memelihara sejumlah kambing. Tapi, dibantu adik saya.”

Azizah memilih menjadi petani, sebab rindu kehidupan damai dan tenang di desanya. “Kehidupan masa kecil di desa, seperti menemani orangtua menangkap ikan di lebung, bersawah, dan menyadap karet, selalu membayangi kehidupan saya di kota, setelah anak-anak saya mulai besar.”

Awalnya, dia sering mudik ke dusun, tapi kemudian muncul keinginan untuk mengurus kebun dan sawah warisan orangtuanya.

“Saya tidak full bertani. Saya tetap pulang ke Palembang, sebab anak saya masih ada yang sekolah di sana,” katanya.

Dijelaskan Azizah, dibandingkan laki-laki, perempuan di Tempirai lebih banyak memilih menjadi petani.

“Tidak sedikit yang berhenti bekerja di kota, lalu pulang ke desa untuk menjadi petani. Saat ini, banyak perempuan muda yang memilih menjadi petani. Fenomena yang menarik. Dampaknya sangat bagus. Tempirai tidak pernah mengalami krisis pangan, beras selalu terpenuhi untuk masyarakatnya.”

Sebagai informasi, Tempirai adalah kawasan lahan basah di Penukal, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir. Luasnya mencapai 12 ribu hektar. Tempirai terbagi menjadi empat desa; Desa Tempirai, Desa Tempirai Utara, Desa Tempirai Timur, dan Desa Tempirai Selatan.

Di Tempirai terdapat puluhan sungai yang bermuara ke Sungai Penukal. Selain itu terdapat belasan lebung [rawa dalam] dan ribuan hektar rawa pasang surut.

Populasi masyarakat di Tempirai sekitar 10 ribu jiwa, yang sebagian besar hidup sebagai petani. Mereka selain bersawah, berkebun karet, juga mencari ikan.

Baca: Para Perempuan Penjaga Hutan Aceh

Setelah puluhan tahun hidup di kota, Azizah [47], memutuskan pulang ke desa dan menjadi petani. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

Peran Perempuan Tempirai

Seperti umumnya perempuan yang hidup di lahan basah Sungai Musi, perempuan di Desa Tempirai juga memiliki berbagai peran penting. Misalnya, mereka berperan sebagai penyedia pangan, mencari pendapatan [ekonomi], serta sebagai edukator bagi anak-anaknya.

Berdasarkan pemantauan Mongabay Indonesia, sejak subuh mereka sudah aktif mengurus rumah. Setelah itu, pergi ke kebun karet untuk mantang [menyadap karet]. Selanjutnya, mereka membantu suami, seperti mencari ikan di sungai dan rawa, atau aktivitas lain seperti menjaga warung manisan.

“Kalau yang bekerja sebagai karyawan [PNS atau perusahaan perkebunan], setelah menyadap karet mereka baru berangkat kerja,” kata Muhammad Faisal, tokoh masyarakat Desa Tempirai.

Dijelaskan dia, posisi perempuan di keluarga pada masyarakat Tempirai sangat penting.

“Dapat dikatakan, sangat menentukan kualitas sebuah keluarga. Selain berfungsi mencari pangan dan ekonomi, perempuan juga mendidik anaknya dalam hal agama dan adat istiadat.”

Baca juga: Peran Perempuan Dalam Transisi Energi, Seperti Apa?

Perempuan di Tempirai, Kabupaten PALI, Sumsel, bukan hanya sebagai penyedia pangan, pencari ekonomi, juga sebagai edukator bagi anak-anaknya. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

Penghormatan masyarakat Tempirai terhadap perempuan, jelas Faisal, tercermin dari legenda Putri Darah Putih. Putri ini dikisahkan memiliki kesaktian. Dia mampu menenggelamkan sebuah kapal milik seorang pangeran dari Palembang, yang ingin melamarnya. Saat masih bayi, Putri Darah Putih ditemukan wali Puyang Seberang [pendiri Tempirai].

Selain itu, di Tempirai juga dikenal Tari Lading. Tari yang menggunakan lading atau pisau ini diperagakan perempuan.

“Tari ini membuktikan dengan kelembutan, ketenangan, dan kecerdasan seorang perempuan, lading dapat digunakan secara positif. Lading difungsikan mulai dari kebun, sungai, hingga dapur.”

Berbagai tradisi kuliner yang memanfaatkan hasil alam juga diperankan perempuan, terutama menyediakan pangan. Misalnya pekasem [fermentasi ikan], balur [ikan asin], sale ikan [ikan asap], serta sagarurung.

Sagarurung adalah pengelolaan ikan khas masyarakat lahan basah di PALI. Sagarurung merupakan pengasapan ikan jenis ikan channa, seperti kerandang [Channa pleurophthalma], ikan gabus [Channa striata], dan ikan toman [Channa micropeltes]. Sebelum diasap, ikan tersebut dilumuri bumbu yang ditumis. Bahannya asam jawa, garam, bawang merah, dan cabai ditumbuk halus.

“Sagarurung digemari masyarakat di luar Tempirai, sehingga banyak perempuan menjadikan kuliner ini sebagai sumber ekonomi. Mereka menjualnya kepada para pedagang di Palembang,” terang Azizah.

Tempirai, sebuah wilayah lahan basah di Kabupaten PALI [Penukal Abab Lematang Ilir]. Foto drone: Ariadi Damara/Mongabay Indonesia

Perempuan Hebat

Dian Maulina, penulis buku “Sastra Tutur dan Perempuan di Lahan Basah Sungai Musi” yang diterbitkan Juli 2024 mengatakan, “Peran perempuan di lahan basah Sumatera Selatan sama sebagaimana umumnya perempuan yang menetap di wilayah hutan tropis lainnya di dunia,” jelas pengajar di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang, Kamis [12/12/2024].

Mengutip Annabel Rodda dalam bukunya Women and the Environment [1991], jelas Dian, perempuan memiliki peran sebagai consumers, campaigners, educators, dan communicators.

“Gambaran ini berdasarkan penelitian Rodda pada masyarakat tradisional [masyarakat adat] di wilayah tropis di Afrika.”

Pertama, sebagai consumers. Perempuan berperan sebagai penghasil atau penyedia pangan bagi keluarga dan komunitasnya. Kedua, sebagai campaigners, yakni penyampai pesan betapa pentingnya menjaga ekosistem di wilayah adatnya atau penyampai etika dan norma.

Ketiga, perempuan sebagai educators, yakni berperan dalam proses alih pengetahuan mengenai berbagai kegiatan produktif maupun reproduktif kepada anak-anak perempuannya.

“Terakhir, perempuan berperan sebagai communicators yaitu pemasar hasil dari alam ke tempat lain,” jelasnya.

Perempuan-perempuan yang Kehilangan Ikan dan Pengetahuannya

0
mutlu
Happy
0
_zg_n
Sad
0
sinirli
Annoyed
0
_a_rm_
Surprised
0
vir_sl_
Infected
Hebatnya Perempuan Tempirai, Bangga Jadi Petani dan Penyedia Pangan Masyarakat

Tamamen Ücretsiz Olarak Bültenimize Abone Olabilirsin

Yeni haberlerden haberdar olmak için fırsatı kaçırma ve ücretsiz e-posta aboneliğini hemen başlat.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Login

To enjoy Foxiz.my.id privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Bizi Takip Edin